PALU – Momen peringatan Haul Al-Alimul Allamah, HS. Idrus Bin Salim Aljufri (Guru Tua) ke-49 yang jatuh pada Sabtu (08/07) besok, dimanfaatkan oleh Pengurus Besar (PB) Alkhairaat dengan mengisi berbagai kegiatan kerohanian bernuansa Islam. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud berupa lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), menghafal Al-Qur’an, Kaligrafi, Syair-Syair Guru Tua, Zambra, Barasanji, dan Membaca Kitab Gundul (Qira’atul Kutub).
Lomba-lomba tersebut dikemas dalam Pekan Silaturahmi Alkhairaat Nasional (Pesan) ke-2 yang melibatkan seluruh Komisariat Daerah (Komda) se-Sulteng yang kesemuanya sudah dimulai tanggal 5 dan berakhir tanggal 7 Juli 2017 mendatang, di kompleks PB Alkhairaat Palu.
Koordinator Kegiatan MTQ, Dahyar Abdul Hakim, mengatakan, jumlah peserta MTQ tersebut sebanyak 21 orang. Meski demikian, panitia tetap membuka pendaftaran hingga hari terakhir lomba.
“Panitia tidak membatasi peserta, kalau masih ada yang mau mendaftar hingga hari jum’at kami tetap terima,” katanya.
Namun kata Dahyar, pesertanya harus dari sekolah-sekolah Alkhairaat tingkat SD/MIN, SMP/MTs dan SMA/MA, bukan dari sekolah umum.
Menurutnya, pada “Pesan ke-2” ini, peserta lomba MTQ meningkat dibanding tahun sebelumnya dan diharapkan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya.
Untuk itu, dia mengimbau seluruh kepala sekolah Alkhairaat di Sulteng agar mempersiapkan anak didiknya.
CABANG MQSy GURU TUA
Di bagian lain, tepatnya di Masjid Alkhaustar Jalan Mangga, juga berlangsung lomba Musabaqah Qiraatul Syi’ir (MQSy) Guru Tua. Metode penilaiannya adalah, para peserta harus mengetahui makna yang terkandung dalam syi’ir dan meng-i’rabkan atau menjelaskan syi’ir ke dalam ilmu Nahwu.
Salah satu bait dalam Syi”ir Guru Tua yang menjadi materi wajib adalah berkaitan dengan Kemerdekaan RI yang kurang lebih berbunyi “Berkibarlah bendera kemuliaan di angkasa, Daratan dan gunug-gunung hijau. Sungguh hari kebangkitannya adalah hari kebanggaan” Orang-orang tua dan anak-anak memuliakannya”.
Anggota Dewan Hakim Musabaqah Qiraatul Syi’ir, Ahmad Hadi Rumi, mengatakan, kedepan pihaknya akan mengevaluasi agar peserta atau santri semakin siap menghadapi lomba.
“Kita akan evaluasi materi yang akan dilombakan, kemudian dinformasikan. Meteri yang diperlombakan tidak keluar dari buku yang ditulis Habib Saggaf untuk materi wajib, untuk materi pilihan tinggal menyusul,” katanya.
Salah satu peserta lomba, Risman dari MA Pondok Pesantren Model Alkhairaat Siniu, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), mengatakan, banyak hikmah yang dipetik dari lomba membacakan syi’r Guru Tua. Apalagi kata dia, Guru Tua sangat perhatian dengan masalah ilmu sehingga banyak juga menuliskan syi’ir masalah ilmu.
“Kita sebagai abnaullkhairaat wajib mengikuti apa yang dimaksud dalam syairnya. Insya Allah kami bisa aplikasikan untuk memuliakan dan menghormati guru. Soal paket pilihan agak susah karena langsung dicabut. Kalau i’rab-nya kami bisa sedikit karena di pondok juga diajarkan,” tutupnya. (YAMIN/NANANG IP)