MOROWALI – Kajian Tim Research and Support Departemen Secretariat General Affair PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) menunjukkan pola konsumsi warga yang didominasi pekerja di kawasan IMIP sebagai penggerak perputaran uang di wilayah ini.
Dengan total populasi pekerja mencapai 86.804 orang (data Departemen HR PT IMIP, September 2025), estimasi perputaran uang di Bahodopi diperkirakan mencapai Rp499,1 miliar per bulan, atau setara Rp5,9 triliun selama 2025.
Riset pada Oktober 2025 tercatat, nilai rerata pengeluaran bulanan karyawan mencapai Rp5.750.880 per orang. Alokasi terbesar untuk makan dan minum sebesar Rp2,19 juta, serta biaya kos/kontrakan sekitar Rp1,26 juta per bulan.
Aktivitas konsumsi karyawan IMIP ini dinilai menjadi stimulus utama pertumbuhan ekonomi lokal yang turut dipengaruhi perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang makin menjamur di Bahodopi.
Dalam aktivitas belanja harian, masyarakat masih menunjukkan preferensi kuat terhadap warung dan kios lokal.
Sebanyak 57 persen responden memilih berbelanja di warung sekitar tempat tinggal, terutama karena faktor keterjangkauan lokasi (64 persen).
Di antara ragam UMKM, kios yang menyediakan Pertamini menjadi unit usaha berjumlah terbanyak (981 unit) dan mengalami peningkatan paling signifikan.
Selanjutnya disusul stan minuman dan makanan non-bangunan, masing-masing 735 dan 670 unit, kemudian kios (648) hingga warung makan (591).
Seiring pertambahan jumlah penduduk yang mayoritas adalah karyawan di kawasan IMIP, usaha mikro dengan modal relatif minim dapat cepat beradaptasi memenuhi kebutuhan logistik masyarakat.
Di samping itu, unit usaha jasa penatu atau cuci pakaian, transportasi dan ritel lainnya juga mengalami peningkatan permintaan harian dari pekerja industri tersebut.
“Bahodopi berkembang bukan hanya karena industri, tetapi juga konsumsi warga yang bergerak setiap hari. Pola pengeluaran pekerja ini membuat ekonomi lokal mengalir sejak pagi hingga malam,” kata Media Relations Head PT IMIP, Dedy Kurniawan, mengungkap salah satu temuan utama riset tersebut.
Peningkatan permintaan konsumen membuat pertumbuhan sektor UMKM di Kecamatan Bahodopi melaju signifikan.
Riset mencatat pula, banyak UMKM melaporkan peningkatan omzet dan memperluas layanan mereka, antara lain penyediaan jasa pesan-antar, jam operasional lebih panjang, hingga fasilitas pembayaran digital.
Secara bertahap, dalam setahun terakhir, banyak usaha kecil mulai memanfaatkan pola transaksi digital untuk efisiensi usaha sekaligus menarik segmen konsumen pekerja yang menuntut kecepatan dan kemudahan pembayaran.
Riset menunjukkan, 60 persen karyawan masih mengandalkan metode pembayaran tunai, sementara 35 persen menggunakan kombinasi tunai dan nontunai.
Sementara penggunaan pembayaran digital seperti memakai Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) menunjukkan peningkatan.
Relevan dengan analisis Bank Indonesia Sulawesi Tengah (April 2025), pembayaran dengan standarisasi metode QR Code di Kabupaten Morowali melonjak hingga 364 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
53 persen pelaku UMKM tercatat telah menyediakan opsi pembayaran QRIS.
Selain kemudahan transaksi, penerapan sistem pembayaran digital ini untuk menjaga keamanan meminimalkan risiko peredaran uang palsu dan efisiensi pencatatan transaksi.
Sedikitnya, sekitar 49 persen karyawan tercatat pernah menggunakan QRIS minimal satu kali dalam transaksi sebulan terakhir.
Kendati begitu, percepatan adopsi pembayaran digital masih menghadapi kendala utama, yaitu kebiasaan penggunaan uang tunai (56 persen) dan akses jaringan internet atau ketersediaan layanan merchant (36 persen).
“Selain mendorong pertumbuhan ekonomi, perkembangan UMKM juga memberikan dampak sosial melalui terbukanya lapangan kerja baru bagi warga lokal,” jelas Dedy Kurniawan.
Lanjut dia, banyak pelaku usaha kini mempekerjakan antara 1 hingga 5 orang untuk menunjang operasional harian.
Menurutnya, kondisi ini mencerminkan peran UMKM sebagai salah satu sektor penting yang menyerap tenaga kerja dan meningkatkan kemandirian ekonomi warga.
Secara keseluruhan, hasil riset mengindikasikan tahun 2025 merupakan periode dengan dinamika ekonomi masyarakat Bahodopi yang cukup progresif.
Aktivitas belanja karyawan, tingkat kebutuhan harian yang tinggi, dan adaptasi UMKM terhadap perkembangan pasar telah membangun ekosistem ekonomi lokal yang kuat, didukung sistem transaksi lebih modern dan efisien. ***

