PALU- Sunardi Katili dan Wiwin Matindas berebut kursi Direktur Eksekutif Daerah Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah untuk periode 2025-2029.
Pemaparan gagasan pertama disampaikan oleh Sunardi Katili (50) yang juga incumbent WALHI Sulteng Periode 2021-2025. Sunardi sejak 2006 telah malang melintang di berbagai organisasi lingkungan di Sulawesi Tengah dalam visinya mengusung keadilan ekologi dan perlindungan hak asasi manusia.
Dalam tiga point Misinya, Sunardi mengedepankan advokasi dengan basis aliansi dan anggota juga pembangunan ekonomi mandiri organisasi. Isu perempuanpun menjadi bagian dari Misi y dipaparkannya.
Wiwin Matindas (42), calon Direktur Eksekutif WALHI selain Sunardi, mengangkat kemandirian WALHI Sulawesi Tengah sebagai poros gerakan rakyat dan rumah gerakan tangguh, kritis untuk perjuangan keadilan ekologis sebagai visi utamanya.
Aktivis perempuan sejak 2008 memperjuangkan keadilan gender dan ekologis tersebut mengedepankan isu pembangunan dari berbagai aspek internal dan eksternal WALHI termasuk jaringan advokasi rakyat (Buruh, Tani, Nelayan, Perempuan dan Masyarakat Adat).
Dari sisi Ekonomi, Wiwin lebih memilih memperluas penggalangan dana (Fundraising) organisasi. Salah satunya dengan cara mengidentifikasi peluang-peluang pendanaan dan kerjasama baik di tingkat lokal, nasional dan internasional.
” Isu deforestasi, degradasi lingkungan akibat pertambangan, sawit dan energi juga masyarakat adat dan sengketa agraria termasuk isu-isu perempuan menjadi isu bersama kedua calon tersebut,” katanya.
Dalam Pemilihan Direktur Eksekutif Daerah WALHI ke IX tahun ini, berbagai pendapat tentang kriteria calon Direktur eksekutif WALHI Sulteng datang dari beberapa organisasi jejaring.
Fitri S. Pairunan ketua Solidari Perempuan (SP) Palu mengatakan, WALHI Sulteng haruslah dipimpin oleh pemimpin memiliki kemampuan dalam advokasi lingkungan juga berpihak kepada kelompok marginal terutama perempuan.
Yayasan KOMIU, Gifvent Lasimpo lebih mengedepan persoalan advokasi berbasis fakta dan data.
Yayasan Tanah Merah (YTM) Richard menyatakan bahwa kriteria Eksekutif Daerah WALHI Sulteng haruslah memiliki analisis kritis terhadap akar masalah lingkungan di Sulawesi Tengah. Artinya, tidak hanya menolak industri, tetapi mampu mendekonstruksi narasi advokasi bersama, serta mampu menawarkan alternatif politik dan ekonomi berbasis kerakyatan.
Direktur Yayasan Merah Putih, Amran Tambaru lebih menitikberatkan pada hubungan baik dengan jurnalis selain dari enam point kriteria penting seperti rekam jejak teruji, pengalaman pengorganisasian rakyat, kapasitas manajerial, memiliki pengetahuan isu Demokrasi, HAM, dan Lingkungan Hidup juga relasi dengan Organisasi Rakyat serta memiliki jejaring nasional dan internasional.
Sedikit berbeda dengan lainnya, Taufik, Koordinator JATAM Sulteng hanya menyatakan satu kata “Demokratis”, siap dipimpin dan siap terpimpim.
Pemaparan Visi-Misi keduanya berlangsung kurang lebih 50 menit di kantor WALHI Sulteng pada Kamis, 20 November 2025.
Gawean empat tahunan mengusung tema besar “Memperkuat Kedaulatan Rakyat atas Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil dari Dampak Industri Ekstraktif di Sulawesi Tengah” tersebut dihadiri puluhan anggota Walhi, jejaring NGO juga dewan daerah WALHI.
Penentuan siapa terpilih sebagai Direktur Eksekutif Daerah ditetapkan melalui voting anggota di Kabupaten Tojo Una- Una, 27 November 2025 mendatang.

