Bagi kita yang meyakini akan adanya wujud Allah Swt, tidak perlu frustrasi dan putus asa dalam menghadapi segala bentuk cobaan bahkan yang maha dahsyat sekalipun misalnya kehilangan orang terdekat, belum dikaruniai momongan, belum mendapatkan jodoh, belum mendapatkan pekerjaan, menderita penyakit yang berkepanjangan, dan lain-lain.

Karena Allah sangat dekat, maka bersikaplah dengan penuh kesabaran, karena sesungguhnya Allah telah berjanji “maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.

Mengikuti logika ini, muslim yang memiliki keyakinan akan keberadaan dan kekuatan Allah SWT, otomatis akan terdorong untuk semakin mampu menghindarkan diri dari maksiat, mencuri, merampok, dan membunuh, terlebih dengan dalih tidak memiliki uang atau banyak utang.

Karena sikap dan perbuatan ini sangat bertentangan dengan nilai syariat dan hati nurani yang melarang manusia memakan hak orang lain secara batil.

Seseorang yang meyakini keberadaan Allah tidak akan mengemis, terlebih menjadikannya sebuah profesi dan menggunakan simbol Islam untuk memuluskan caranya.

Islam melarang keras umatnya berpangku tangan dan bermalas-malasan, dan Nabi telah mengingatkan “tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah”.

Seseorang yang takut dan meyakini bahwa Allah dekat tidak akan mendekati dan mencoba narkotika, apalagi jatuh ke lembah pergaulan bebas dan prostitusi, perilaku seks yang menyimpang dengan salah satu dalih akibat broken home, dan kegagalan dalam rumah tangga.

Juga tidak mudah terpedaya dengan bujuk rayuan setan, sehingga begitu mudah mengkhianati ikatan suci yang sakral yang telah diikrarkan bersama, yang mengakibatkan anak yang tidak berdosa menjadi korban karena kehilangan kasih sayang.

Tidak mudah putus asa, terlebih mengambil jalan pintas dengan cara mengakhiri hidup karena kehilangan pekerjaan dan kecewa akibat gagal dalam percintaan.

Seseorang yang meyakini betul bahwa jika Allah Swt berkehendak, maka tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya, akan merasa takut dalam menebarkan fitnah dan melakukan politik kotor demi meraih kekuasaan.

Allah Swt memberikan kekuasaan, kedudukan dan kemuliaan kepada siapa yang ia kehendaki, begitu juga sebaliknya, Allah dapat melenyapkan dan membumihanguskan apa yang dimiliki oleh hamba-Nya dalam sekejap waktu.

Manusia yang memiliki keyakinan akan kebesaran Allah akan terdorong untuk menjaga hubungannya dengan Allah, sehingga terbentuk ketekunan dan kekhusyukan dalam beribadah, terlebih dalam melaksanakan shalat lima waktu.

Dengan demikian, ia akan malu melalaikan shalat bahkan semakin instens melakukan shalat berjamaah, gemar bersedekah, berzakat, bersikap dermawan terhadap fakir miskin, dan lain-lain.

Imbas dari hal itu, ia mampu menjaga hubungan baik sesama manusia, semakin tawadhu’ dan lemah lembut. Semakin mengayomi dan melindungi meski memiliki kedudukan sosial yang tinggi, semakin rendah hati dan ber-akhlakul karimah, tidak mudah menggurui dan melecehkan pasangan, kawan dan gurunya meski ia berilmu tinggi.

Kemudian yang patut diteladani dari kehidupan Rasulullah adalah bahwa beliau tidak pernah mendendam dan membalas olokan serta sikap buruk yang dilakukan orang lain kepadanya, maka selayaknya kita tidak mudah mengumbar amarah.

Apalagi memiliki dendam kesumat kepada orang yang pernah menyakiti kita, karena bisa jadi suatu hari nanti dialah yang melepaskan kita dari perangkap kesulitan hidup. Oleh karena itu, jadilah sebagai insan pemaaf, karena itu sikap mulia dan terpuji.

Akhirnya, mari kita isi hidup ini dengan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kita hadapi apapun yang terjadi dan akan terjadi dengan senjata selalu husnudzon billah dengan tekad terus memperbaiki diri. Insyaallah kebahagiaan akan menjadi kenyataan. Wallahu a’lam

DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)