“Peca”. Bubur putih yang terbuat dari beras berkualitas terbaik, dicampur santan kelapa dan garam secukupnya, sudah menjadi menu buka puasa yang cukup favorit dan melegenda di Masjid Raya Donggala.
Makanan ini dimasak selama beberapa jam dan terus diaduk dengan saji agar teksturnya lembut.
Sajian peca tersebut dibarengi dengan sambal terasi bercampur tomat dan lombok dan sesekali dengan sambal terung. Aromanya mengundang selera dan cukup mengenyangkan bagi yang buka puasa.
Sebab selain bubur, jemaah juga disajikan aneka jenis kue tradisional yang dibawa oleh warga Kota Donggala.
Penyajikan peca memakai wadah mangkok plastik mencapai dua ratusan bahkan lebih sesuai jumlah jemaah. Lebihnya pun bisa dibawa pulang oleh jemaah.
Adalah Yusuf H. Wahab (55 tahun). Pria inilah yang bertugas mengisi mangkuk-mangkuk dari belanga untuk dibagikan ke jamaah. Ia sudah bertahun-tahun melakoni tugas mulia itu.
“Sudah cukup lama saya tangani penyajian bubur ini. Sebelum saya, itu lebih dahulu adalah kakak saya almarhum (Ali H. Wahab), kemudian saya melanjutkan,” kata Om Yusuf, sapaan akrabnya.
Menurut Yusuf, menu peca di Masjid Raya Donggala sudah menjadi tradisi sejak lama dari generasi ke generasi pengurus masjid. Makanan ini sudah menjadi khas buka puasa bagi warga Kota Donggala.
Bahkan menurut Abd. Rauf Thalib (70 tahun), salah satu tokoh masyarakat setempat, makanan peca itu sudah ada sejak masih ia kecil sekitar dekade 1950-an, tepatnya di masa Djuraid H. Semauna menjadi Imam Masjid Raja.
“Diperkirakan jauh sebelum peristiwa Permesta, itu sudah ada dan bertahan sampai sekarang. Dulu waktu dimasak dilakukan di sekitar masjid ini yang waktu itu ditangani Pua Katte dan Pua Doja,” kata Rauf.
Namun, kata dia, sejak beberapa tahun lalu, pembuatan bubur peca telah dilakukan di kediaman keluarga almarhum H. Ali Umar (mantan Imam masjid). Dibuat jelang sore di Kelurahan Maleni, dan sekitar pukul 17.00 Wita baru dibawa ke masjid untuk disajikan.
Setiap sore, panitia menjemput peca yang sudah jadi sebanyak dua belanga besar yang masih panas dan langsung ditakar ke mangkok-mangkok agar cepat dingin saat disantap jemaah yang berbuka puasa.
“Beras yang disediakan untuk bahan bubur setiap harinya sebanyak dua belas liter dan sepuluh biji kelapa untuk bahan santan,” kata Syafrudin Soumena, salah satu penitia buka puasa.
Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay