Lintas Agama di Palu Gelar Doa Bersama Pascabencana

oleh -
Ketua MUI Kota Palu, Prof. Zainal Abdin memberikan tausyiah diacara do’a lintas agama, yang dilaksanakan Pokjaluh lintas agama Kota Palu, di halaman Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Sulteng, Selasa (04/12). (FOTO : MAL/YAMIN)

PALU –  Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) lintas agama Kota Palu, melaksanakan do’a lintas agama, di halaman Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Sulteng,

Selasa (04/12).

Kegiatan dihadiri sejumlah pejabat di lingkungan Kanwil Kemenag Sulteng, Kemenag Kota Palu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, dan para tokoh umat beragama di Kota Palu.

Doa bersama itu dilaksanakan dalam rangka recovery mental spiritual pascabencana yang menimpa Kota Palu, Donggala, Sigi, dan Parigi Moutong, Jumat 28 September silam.

Doa bersama dibacakan oleh masing-masing tokoh agama, baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

Kakanwil Kemenag Sulteng, H. Rusman Langke, menyampaikan, bencana alam yang menimpa Sulteng adalah ujian. Dia mengaharapkan kepada tokoh-tokoh agama untuk memberikan motivasi kepada umat, agar bangkit tidak terlena dalam kesedihan.

Menurutnya, doa bersama merupakan kerja nyata Kemenag kepada seluruh umat beragama.

Suasana do’a lintas agama, yang dilaksanakan Pokjaluh lintas agama Kota Palu, di halaman Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Sulteng,
Selasa (04/12). (FOTO : MAL/YAMIN)

Ketua MUI Kota Palu, Prof. Zainal Abidin, mengajak kepada seluruh umat beragama untuk merawat kerukunan dalam bingkai kebhinekaan.

Zainal menegaskan, bencana merupakan hal yang pasti yang tidak seorangpun manusia mengetahui datangnya. Olehnya, dia menakankan kepada umat beragama untuk berhenti saling menyalahkan, apalagi berburuk sangka.

“Sebaliknya harus saling membantu, mengayomi, dan melindungi. Bila perlu, bersama membangun peradaban hingga membangun Indonesia bersama-sama,” ujarnya.

Dia menekankan, jika ingin membangun kebhinekaan, maka jangan memonopoli kebenaran,  menganggap orang lain salah atau merasa paling benar. Hal itu akan sulit membangun persatuan.

“Agama Islam itu universal, menghargai semua perbedaan tidak boleh membawa-bawa simbol agama. Perbedaaan harus dihargai, karena kebenaran itu datangnya hanya dari Tuhan,” terangnya.

Kepala Kemenag Kota Palu, H. Ma’sum Rumi, melaporkan, sejak dibentuk beberapa tahun lalu, Pokjaluh di bawah kepemimpinan Zulfiah telah melaksanakan beberapa kegiatan yang perlu diapresiasi.

Kata Ma’sum, kehadiran Pokjaluh bukan merupakan saingan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB), tetapi untuk membantu menjalankan program FKUB. (YAMIN)

 

Tentang Penulis: Fauzi Lamboka

Gambar Gravatar
Profesi sebagai jurnalis harus siap mewakafkan diri untuk kepentingan publik. Menulis merupakan kebiasaan yang terus diasah. Namun, menulis bukan sekadar memindahkan ucapan lisan ke bentuk tulisan. Tetapi lebih dari itu, mengabungkan logika (akal), hati (perasaan) untuk medapatkan rasa, yang bisa diingat kembali di hari esok.