Bagi Abnaulkhairaat, terutama, jamaah Haul tentu sudah tidak asing dengan namanya. Adalah KH Sofyan Alwie Lahilote, salah seorang Murid Habib Idrus Bin Salim Aljufri (Guru Tua).
Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Agama Sulawesi Utara ini kembali hadir seperti tahun-tahun sebelumnya dalam peringatan Haul sang guru ke-49 tahun ini. Dirinya menyatakan akan selalu hadir dalam setiap Haul selama hayat masih di kandung badan.
Kepada Media Alkhairaat, Sofyan adalah murid “terkecil” Habib Idrus itu kembali mengisahkan kenangannya. Tentang Guru Tua, yang tidak pernah lekang , yang menyimpan banyak hikmah dan pelajaran baginya. Dia mengharapkan dapat menjadi pelajaran pula bagi seluruh Abnaulkhairaat dimanapun berada. Berikut penuturan Ustad Sofyan kepada Media Alkhairaat, Jum’at (7/7):
Guru Tua Menempati Janjinya
Suatu ketika setelah Guru Tua wafat, ketika Saya telah berada di Kota Manado hidup bersama istri dan seorang anak lelaki, saya mengalami kondisi keuangan yang agak sulit. Dalam keadaan itu, Saya yang ketika itu tidak menginginkan menjadi seorang PNS dan berpikir hanya akan menjadi seorang guru Alkhairaat saja, dan melaksanakannya sebagai guru mengaji di dua daerah yang ada di sana.
Kehidupan guru-guru ketika itu hanya berharap dari upah mingguan, menjalani kehidupan yang susah itu saya akhirnya berpikir, dan muncullah keinginan untuk menjadi PNS. Namun keinginan saya itu terhalang, karena tidak adanya kesempatan untuk pengangkatan pegawai baru di Departemen Agama, ketika itu yang ada hanyalah pengangkatan pegawai sebagai pengganti yang pension.
Keadaan saya semakin susah, akhirnya saya mengingat pesan Guru Tua, bahwa akan membantu saya baik semasa hidupnya maupun telah wafat, itulah kemudian saya mencoba memohon bantuan kepadanya. Dengan mulai mengirimkan doa-doa serta tahlil dan bakar dupa, yang dilanjutkan dengan berzikir pada malam Jum’at.
Ketika itu beberapa saat kemudian saya merasakan datangnya angin yang sangat dingin dan rasanya badan saya jadi membengkak dibarengi dengan perasaan takut. Namun saya turut berzikir di atas ranjang, dan kemudian badan saya kayak diangkat dan dibuang ke bawah ranjang, akhirnya saya lari ketakutan melaporkan hal itu kepada ibu saya pada malam itu.
Usai peristiwa itu saya merasakan persaan senang sekali, selama tiga hari padahal biasa dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan seperi itu tidak ada. Yang dilema itu hanya ada beberapa menit saja. Perasaan senang itu sangat saya rasakan bahkan biar ditampar sekalipun saya tidak akan mau membalasnya. Saya sempat berpikir ini pertanda apa.
Akhirnya suatu hari, datanglah ke rumah Ustad Abdul Kadir Elok yang menjabat sebagai ketua pengadilan agama Manado yang baru diangkat. Beliau bercerita dengan ayah saya dan kemudian bermaksud akan memanggil saya sebagai asisten untuk membantunya bekerja, karena ketika itu semua pekerjaan dilakukannya seorang diri.
Akhirnya setelah saya berpikir bahwa tawaran untuk membantunya dilakukan pada pagi hingga siang, maka saya menyetujui keinginannya dan mulai membantunya bekerja, tanpa ada pembicaraan honor dan sebagainya. Di hari pertama saya masuk, saya disodorkan buku himpunan salinan dalil tentang berbagai persoalan perkawinan, sebagai tupoksi lembaga itu, akhirnya kemudian saya berpikir bahwa akan mendapatkan ilmu. Saya kemudian memilih untuk focus pada bekerja di instansi itu, walaupun tidak jelas upah yang akan saya dapatkan seperti apa nantinya. Saya ikhlas membantunya karena dia sendirian.
Sekitar 4 bulan berjalan kepala pengadilan kemudian menyuruh saya untuk membuat berkas pengajuan penggantian salah seorang PNS yang telah pension, dengan maksud untuk menggantinya yang dikirim ke pusat. Tetapi setelah ditunggu konfirmasi dari pusat tak kunjung tiba, maka dicek ke Jakarta ternyata porsi itu telah diambil orang lain, dan saat itu tidak ada kebijakan pengangkatan hanya pengganti saja.
Kemudian Abdul kadir Elok terus berusaha mencari cara agar saya dapat diangkat sebagai PNS, untuk bisa terus membantunya. Dia kemudian mengingat, bahwa dia mempunyai seorang sahabat yang menjabat sebagai kepala di Pendidikan Provinsi. Akhirnya melalui itulah saya kemudian diusahakan masuk sebagai PNS di Dinas Pendidikan, namun diperbantukan di Pengadilan Agama. Akhirnya karena persahabatan mereka kadis pendidikan itupun segera mengabulkan keinginan itu.
Menurut saya itu adalah keajaiban, karena hanya dalam sehari saja pengurusan semuanya selesai dengan bermodal arsip mendapatkan pangkat 2A , SK, lengkap dengan nota dinas yang terangkat sebagai guru yang diperbantukan di Departemen Agama.
Semua kejadian itu saya yakin adalah bantuan dari Guru Tua, yang telah menepati janjinya. (HAMID)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.