Wapres Sebut Pertanian Tulang Punggung Ekonomi di Era COVID-19

oleh -

Jakarta – Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan sektor pertanian menjadi tulang punggung perekonomian nasional di tengah disrupsi pandemi COVID-19.

“Kita bersyukur, di tengah disrupsi yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19, sektor pertanian ternyata mampu hadir sebagai tulang punggung bagi perekonomian nasional,” kata Wapres saat menyerahkan penghargaan Abdi Bakti Tani Tahun 2021 di Istana Wapres Jakarta, Senin.

Tantangan yang dihadapi Indonesia dan negara-negara lain tidak mudah di era pandemi COVID-19. Wapres menyatakan pandemi tersebut berdampak tidak hanya di sektor kesehatan, melainkan juga sektor ekonomi.

“Tak hanya krisis kesehatan, pandemi COVID-19 juga telah berdampak terhadap krisis ekonomi global. Perekonomian banyak negara di dunia tumbuh negatif, bahkan mengalami resesi,” jelas Wapres seperti dilansir dari ANTARA.

Sejak awal pandemi COVID-19 melanda, lanjut Wapres, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) juga telah memberikan peringatan kepada negara-negara terkait potensi krisis pangan.

“Tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian sendiri pun tidak mudah. Pandemi dikhawatirkan akan berimplikasi pada kebijakan pangan masing-masing negara dan kemampuan produksi mereka,” jelasnya.

Oleh karena itu, Wapres mengapresiasi sejumlah kepala daerah yang mendapat Abdi Bakti Tani 2021 karena dapat berkontribusi dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyat.

Pemerintah memberikan penghargaan kepada pemerintah daerah provinsi dan kabupaten yang telah berprestasi dalam rangka meningkatkan produksi pangan dan ekspor pertanian.

“Ketangguhan sektor pertanian di masa krisis seperti ini tentunya tidak dapat dilepaskan dari kerja keras dan sinergi para insan pertanian, serta komitmen kuat dari pemerintah daerah,” ujarnya.

Tentang Penulis: Fauzi Lamboka

Gambar Gravatar
Profesi sebagai jurnalis harus siap mewakafkan diri untuk kepentingan publik. Menulis merupakan kebiasaan yang terus diasah. Namun, menulis bukan sekadar memindahkan ucapan lisan ke bentuk tulisan. Tetapi lebih dari itu, mengabungkan logika (akal), hati (perasaan) untuk medapatkan rasa, yang bisa diingat kembali di hari esok.