OLEH : HS Ali Bin Muhammad Aldjufri*
Sedekah tidak mesti berupa materi. Mengucapkan kata-kata yang baik juga termasuk sedekah. Rasulullah bersabda, “Tidak ada sedekah yang paling utama selain ucapan yang baik,” (HR Al-Baihaqi). Pada hadis yang lain, Beliau SAW juga bersabda, “Tidak ada sedekah yang paling dicintai oleh Allah, selain ucapan yang baik.” (HR Al-Baihaqi). Inilah bentuk sedekah dari badan kita, berupa kata kata yang baik.
Di antara bentuk sedekah anggota badan adalah ucapan yang baik. Allah telah menjadikan ucapan lembut dan baik sebagai kualifikasi turunnya rahmat Allah. Tidak ada kata maisuuran (yang pantas/ baik) dalam Al-Quran kecuali untuk menyebutkan perbuatan ini. Lalu Allah menjadikannya sebagai sifat dalam ucapan. Allah SWT berfirman, “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas,” (QS. Al-Isra’: 28).
Ucapan yang baik isinya mengandung manfaat tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Bukan ucapan yang isinya adalah keburukan, seperti caci-maki, celaan, fitnah, gibah, namimah (adu-domba), kebohongan, penipuan, dan seterusnya. Dengan mengucapkan kata-kata yang baik, terutama kepada orang lain, seseorang berarti telah memberikan sedekah meskipun tidak berupa materi. Orang lain mendapatkan manfaat dari ucapan itu.
Kita tidak hanya diperintahkan berkata baik kepada sesama muslim, bahkan sewaktu kita menyampaikan kebenaran (berdakwah) kepada orang-orang selain Islam pun kita diperintahkan menggunakan kata-kata yang baik. Inilah yang pernah diperintahkan Allah kepada Musa dan Harun agar berkata kepada Firaun dengan perkataan yang pantas dan baik, “Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas. Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut,” (QS. Thaha: 43-44).
Lihatlah betapa mulianya agama ini. Firaun adalah orang yang melampaui batas dan sombong. Meski demikian, Allah memerintahkan Musa dan Harun agar berkata baik kepadanya. Akan tetapi, semua ini tentunya dilakukan dalam rangka dakwah kepada Allah dan menyampaikan kebenaran, tidak untuk menjilat atau mencari muka.
Perkataan yang baik akan menggerakkan manusia, sementara perkataan yang buruk akan menghentikannya. Betapa banyaknya ucapan baik yang menyebabkan orang masuk surga. Sebaliknya, betapa banyaknya juga ucapan buruk yang menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka
Orang yang suka mengucapkan kata-kata yang baik akan beruntung, tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat. Sebaliknya, orang yang suka mengucapkan kata-kata yang buruk akan menyesal. Abdullah bin Mas’ud (Ibnu Mas’ud) pernah berkata kepada lisannya, “Wahai lisanku, ucapkanlah kata-kata yang baik, niscaya engkau akan beruntung. Atau diamlah, jangan umbar kalimat keburukan, niscaya engkau akan selamat. Waspadalah sebelum menyesal.”
Orang yang tidak menjaga lisannya dari kata-kata yang buruk, bahkan disebut Nabi sebagai orang yang tidak beriman. Beliau bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir (kiamat), ucapkanlah kata-kata yang baik atau diamlah.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Ucapan yang baik itu sendiri adalah karakter utama seorang Muslim. Dalam hadits disebutkan, seseorang bertanya kepada Nabi, “Siapakah orang Muslim yang paling baik?” Beliau menjawab, “Seseorang yang tidak mengganggu Muslim lainnya dengan lisan (ucapan) dan tangannya.” (HR Al-Bukhari dan Muslim). Wallahul Mustaan
*Penulis adalah Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Alkhairaat periode 2014 – 2019