Subuh kesiangan, Zuhur kerepotan, Ashar di perjalanan, Maghrib kecapekan, Isya ketiduran.
Itulah potret umat Islam saat ini. Meski mayoritas di negeri ini muslim, namun realitanya, tak sedikit yang abai menjalankan syariatnya. Bukankah shalat itu rukun Islam yang kedua setelah syahadat.
Karenanya Allah mewajibkannya bagi hamba-hamba-Nya untuk menegakkan shalat lima waktu dalam sehari.
Istilah “Islam KTP” sepertinya begitu dominan di kalangan umat Islam Indonesia. Salah satu rukun Islam yang diabaikan adalah menegakkan shalat. Padahal, shalat itu adalah tiangnya agama. Allah Swt berfirman, “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Ahzab: 33).
Di ayat yang lain, Allah berfirman,“Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56).
Tentu saja shalat, bukan sekedar menggugurkan kewajiban, tapi memahami esensinya. Sebagaimana firman-Nya, “Dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (Al-Ankabut: 45).
Orang lalai terhadap shalat, karena waktunya tersita mengejar dunia. Waktu dihabiskan mencarai rejeki. Nah dalam mencari rezeki itu kita kadangkala melupakan Pemberi rezeki. kita mengabaikan waktu shalat
Saat sedang berada pada acara yang kita anggap penting dan berharap memperoleh rezeki besar, misalnya, sebahagian kita tidak mau menghentikan acara sejenak untuk shalat.
Diakui atau tidak, itu artinya tak mengajak diri dan orang lain untuk shalat. Sungguh banyak dosa yang harus ditanggung, terutama oleh penyelenggara dan tutornya. Berapalah bayaran yang diperoleh dari acara tersebut, dibandingkan dosa yang harus ditanggung hingga ke akhirat kelak?
Padahal shalat adalah saatnya kita meminta, mengingat, dan mengadu kepada Allah, sang Pemilik segala rezeki. Sebagaimana dikatakan dalam Alquran bahwa sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki (QS. Al-Hajj: 58). Dan bahkan, bila tibanya waktu shalat, kita diperintahkan untuk segera melaksanakannya atau tepat waktu.
Perilaku melupakan Allah sebagai Pemberi rezeki menandakan bahwa walaupun mampu mencari rezeki, tetapi kita masih termasuk golongan orang-orang yang tak pandai berterimakasih sekaligus belum mampu mengelola waktu dengan baik.
Bahkan, seinspiratif apapun kita sebagai pelatih orang banyak, tetapi masih tak mampu mengispirasi diri untuk shalat tepat waktu. Padahal itu jauh lebih utama bagi setiap insan.
Sebagaimana dikatakan Rasulullah, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi.”
Dengan demikian, tidak sepatutnya seorang Muslim meringankan apalagi meninggalkan shalat, baik secara tidak sengaja atau sengaja. Karena hal itu tidak akan mendatangkan, melainkan kerugian yang amat besar dalam hidup kita dunia-akhirat.
Imam Adz-Dzahabi menyatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat dari waktunya tergolong pelaku dosa besar. Sedangkan yang meninggalkannya (satu kali saja) sama dengan orang yang berbuat zina dan tindak kriminal pencurian.
Meninggalkan seluruh shalat (yang lima waktu) secara total, termasuk dosa besar.
Apabila hal tersebut dilakukan berulang kali, maka pelakunya dianggap telah melakukan dosa-dosa besar, kecuali jika orang tersebut bertaubat. Kemudian jika terus-menerus melakukannya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi, celaka dan berdosa.”
Menurut Adz-Dzahabi, orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja masuk perbuatan dosa besar keempat dari 76 macam dosa besar yang membinasakan.
Semoga kita termasuk hamba-Nya yang menegakkan shalat, dan takut dengan siksa-Nya di Yaumul Hisab (perhitungan) kelak. Amin. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)