PALU – Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Sulteng, Donny Iwan Setiawan mengatakan, kenaikan harga beras di Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dipicu produktifitas sawah yang menurun, karena kondisi alam yang dipengaruhi fenomena elnino dan permintaan kebutuhan beras cukup tinggi, sebab beberapa wilayah penghasil beras di Indonesia mengalami kekeringan dan gagal panen.
“Kita juga masih mendatangkan beras kualitas premium dari Sulawesi Selatan, yang harganya juga naik karena tingginya permintaan.
Untuk beras kualitas premium sudah menyentuh pada posisi harga 15 ribu per kilogram. Masih ada pilihan beras medium dengan harga di bawah 14 ribu per kilogram,” kaya Dony kepada media ini, Senin (9/10).
Dia mengatakan, pihaknya saat ini terus memantau harga dan ketersediaan beras di pasaran. Jika diperlukan mereka akan segera melakukan operasi pasar murah lagi.
Sementara di tempat terpisah Assiten II Bidang Perekonomian Sulteng Rudy Dewanto mengatakan, sikap Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah terkait kenaikan harga beras yaitu Pemroov melalui OPD Teknis terkait (Dinas Pangan) menyalurkan Cadangan Beras Pemerintah (CBP). CBP yang disalurkan beberapa waktu lalu sesuai data yang ada sebanyak lebih dari 241.000 kg (lebih dari 241 ton).
Untuk tambahan informasi, bahwa CBP/Cadangan Beras Pemerintah yang disalurkan di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah (13 Kab/Kota), tahap I (bulan Maret sampai dengan Mei 2023) sebanyak lebih dari 7.464 Ton.
Dan saat ini, periode tahap II (bulan September sampai dengan November 2023) direncanakan disalurkan sebanyak lebih dari 7.009 Ton.
Kemudian OPD Teknis Provinsi (Dinas Pangan) menyelenggarakan GPM (Gerakan Pangan Murah) yang di dalamnya termasuk komoditas beras.
“GPM tersebut untuk menjaga ketersediaan Pasokan Pangan, termasuk Beras dan OPD Teknis Provinsi yaitu inas Perindag bersama OPD dan Instansi lain yaitu BULOG Dll menyelenggarakan Pasar Murah, ” ujarnya.
Reporter: IRMA/Editor: NANANG