Mereka tidak akan pernah berputus asa menggelincirkan kita. Perasaan mereka akan selalu gelisah ketika melihat kita selalu berada pada aqidah yang kita yakini. Apapun akan dilakukan untuk mengajak kita agar berada dalam iman yang sama.
Kegelisahan inilah yang menjadikan mereka untuk melakukan berbagai cara untuk mengajak kita untuk masuk dalam lingkaran mereka.
Cara-cara ini dapat kita saksikan dalam berbagai fenomena sosial yang marak terjadi di kalangan masyarakat, khususnya di lingkungan kaum muslimin. Agenda perusakan aqidah bertopeng aksi sosial, kadang membuat kaum muslimin lengah dan tanpa sadar terperangkap dalam kekafiran.
Kondisi ekonomi dan rasa sakit akibat penyakit yang mendera, paling sering menjadi pintu masuk bagi mereka untuk mengajak kita masuk pada imannya. Lambat laun, masalah hidup itu akhirnya akan membuat kaum muslimin terpaksa “menyerah” dan menggadaikan aqidahnya demi memperoleh solusi untuk terus melanjutkan hidup di dunia yang hanya sementara ini.
Bukankah dalam Hadits Bukhari, No. 7320 dan Hadits Muslim, No. 2669, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam telah memperingatkan bahwa sebagian kaum muslimin akan mengikuti mereka hingga jika mereka masuk ke lubang biawak pun.
Memelihara aqidah tentu penting bagi kita kaum muslimin. Betapa meruginya kita, ketika mati kelak dalam kondisi kafir, di luar dari ajaran Islam.
Padahal Allah Subhanahu Wa Taala dalam QS Ali Imran: 102 telah mengingatkan kita agar selalu berada di jalan Allah SWT. “Wahai orang-orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim”.
Salah satu cara untuk membentengi diri dari pengaruh yang dapat menggoyahkan iman adalah dengan memahami dan mengamalkan ajaran Islam, termasuk pelajaran yang terkandung dalam Surah Al-Kafirun.
Surah Al-Kafirun (QS. 109) adalah salah satu surah pendek dalam Al-Qur’an yang memiliki makna sangat mendalam tentang prinsip keteguhan iman.
Surah ini diturunkan kepada Rasulullah sebagai respons terhadap ajakan kompromi dari kaum musyrikin Quraisy yang ingin mencampurkan ajaran Islam dengan penyembahan berhala.
Allah dengan tegas memerintahkan Nabi untuk menyatakan ketidaksepakatannya dengan mereka: “Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”
Surah ini memberikan beberapa pelajaran penting yang dapat menjadi tameng bagi umat Islam dalam menghadapi upaya pemurtadan.
Islam menuntut keteguhan dalam keyakinan. Tidak ada ruang untuk mencampurkan ajaran tauhid dengan keyakinan lain yang bertentangan dengan Islam.
Sebagai langkah konkret untuk membentengi diri dari upaya pemurtadan, kita sebagai umat Islam tentu perlu terus meningkatkan pemahaman agama dengan aktif mengikuti majelis ilmu dan belajar dari ulama yang terpercaya.
Cara lain yang perlu dilakukan adalah mempererat ukhuwah Islamiyah agar sesama muslim saling mengingatkan dan membantu dalam menjaga keimanan. Wallahu a’lam
RIFAY (REDAKTUR MEDIA ALKHAIRAAT)