PALU – Komunitas Rumah Katu bekerja sama dengan Celebes Institute memproduksi film pendek di penghujung tahun 2022 lalu, sebagai salah satu metode untuk berkomunikasi dengan masyarakat atau komunitas.
Film pendek bergendre drama action dengan durasi 26 menit ini mengandung kontra-narasi, di mana narasi dalam film disusun dan dibingkai dengan maksud melawan pengaruh narasi negatif (ekstrem dan intoleran).
Film ini akan menggambarkan tiga konflik dari karakter yang dimunculkan, yaitu karakter kelompok sipil bersenjata, karakter seorang pemuda petani dan karakter pemuda intelektual. Cerita film diangkat dari hasil riset dan testimoni dari beberapa tokoh kunci yang pernah terpapar dan terlibat jaringan kelompok ekstremisme di Poso atau MIT.
Film berjudul “Kurir” ini sendiri diproduseri oleh Adriany Badrah selaku manajer produksi dan disutradarai oleh Arifuddin Lako yang juga menulis naskah film (seorang mantan narapida teroris).
Film ini akan diputar tanpa menggunakan platform YouTube dengan metode pemutaran dan diskusi film. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyalahgunaan film yang mengakibatkan konta-produktif dan salah mempersepsikan isi dari film.
Konsep pemutaran film dan diksusi film dikemas sebagai media pendidikan untuk mendorong kesadaran masyarakat mencegah penyebaran paham yang menjadi legitimasi ideology dengan melakukan kekerasan, melawan narasi-narasi radikal-ekstremist, dan narasi-narasi intoleran.
Direktur Celebes Institute, Adriany Badrah, kepada media ini, Selasa (08/02), mengatakan, film ini diproduksi untuk menentang dan melawan narasi-narasi kebencian dan intoleran, seiring masifnya propaganda dalam bentuk film atau video dengan narasi kebencian karena perbedaan agama, suku, warna kulit dan ras.
Ia mengatakan, perkembangan teknologi, arus informasi dan komunikasi terus mengalami peningkatan, dan salah satu cara propaganda yang efektif dilakukan oleh jaringan dan kelompok ekstremisme ini adalah menggunakan propaganda digital melalui media sosial, video dan film.
“Paham radikal dan terorisme terus berkembang dan kelompok ekstremisme yang mengajarkan kekerasan terus melakukan propaganda dengan berbagai cara,” tuturnya.
Adriany menyatakan, bahwa seseorang belajar dari peniruan dan dari hasil pengamatan. Dalam hal ini, masyarakat mengonsumsi film/video yang kemudian secara tidak langsung terjadi suatu pengamatan sehingga media yang cepat mempengaruhi sikap dan tindakan sesesorang salah satunya adalah media film atau audio visual.
“Mengapa memilih mendistrubusikan informasi dan memberikan edukasi melalui media film untuk melawan narasi-narasi radikal-ekstremisme, karena media yang dekat dengan keseharian masyarakat adalah media sosial dan audio visual,” ujarnya.
Secara khusus, kata dia, masih minimnya publikasi kampanye sebagai media pendidikan dengan menyajikan cerita realita yang diproyeksikan ke layar film, tentang bagaimana seseorang terpapar paham radikal-ekstremisme yang berbasis kekerasan.
Diketahui, sejak tahun 2016, Komunitas Rumah Katu-Celebes Institute secara aktif menggunakan media film untuk kampanye dan memberikan edukasi dengan fokus isi melawan narasi-narasi radikal ekstremist dan melawan paham radikalisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme.
“Kurir” ini sendiri adalah film ke-5 yang diproduksi Komunitas Rumah Katu bekerja sama Adriany Badrah. (RIFAY)