SIANG tadi, pada pukul 10.07 WITA, jurnalis media.alkhairaat.id menyambangi rumah Hasmiawati (46), di Jalan Raden Saleh Lorong 1, Kota Palu, setelah sebelumnya membuat janjian. Biasanya pada waktu tersebut, Hasmiawati tidak berada di rumah, menjemput kemenakannya di sekolah.
“Iya tunggu saja di situ, saya masih jemput kemenakanku. Tidak lama!” Begitu kata Mia panggilan akrabnya dari balik telepon kepada jurnalis ini.
Tak berselang lama, dia muncul menggunakan sepeda listrik dengan membonceng dua anak kecil, perempuan dengan seragam sekolah dasar duduk di belakang dan laki-laki pakaian biasa duduk depan, memasuki halaman rumah.
Ia lalu tersenyum, menyapa dan berkata beginilah kerjanya setiap hari, menjaga dan merawat kemenakan, tinggal bersamanya di rumah orang tua paska ditinggal oleh kedua orangtuanya.
Ia lalu mendorong sepeda listriknya ke dalam rumah, menyimpannya dan mempersilahkan jurnalis masuk ke dalam rumah ruang tamu. Di dalamnya terlihat banyak permainan anak-anak berserakan.
Dalam rumah tersebut ada tujuh kemenakan tinggal bersamanya, ditambah satu adik bungsunya. Sehingga suasana terasa riuh.
Wanita tersebut merupakan ahli waris adik dari Abdul Mu’tin (53) ayah dari Moh Febriansyah dan Septiana Dewi siswa Sekolah Dasar Negeri (SDN) 17 Palu, baru saja dijemput di sekolahnya.
Abdul Mu’tin sendiri merupakan nelayan tergabung dalam kelompok nelayan Kota Palu menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan Cabang Palu.
Abdul Mu’tin meninggal dunia, sebab penyakit dideritanya pada 31 Juli 2023 lalu, sehingga berhak mendapatkan santunan jaminan kematian senilai Rp42 juta dari BPJS-TK Cabang Palu bagi ahli warisnya Hasmiawati.
Untuk mendapatkan surat sebagai ahli waris tutur Mia, harus melalui permohonan penetapan ahli waris dari pengadilan agama Palu.
Ia sendiri baru mengetahui ada santunan kematian dari BPJS-TK atas informasi dari Ketua Kelompok Nelayan Kota Palu serta penyuluh, tempat berhimpun kakaknya.
Usai penguburan adiknya dan doa tahlilan, Hasmiawati lalu mengurus segala syarat yang di persyaratkan BPJS-TK dan menunggu prosesnya dalam jangka waktu tertentu.
Tepatnya pada acara kegiatan monitoring dan evaluasi Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 2021 tentang Optimalisasi Jaminan Sosial, diselenggarakan BPJS-TK Cabang Palu, Pemerintah Provinsi Sulteng dan Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulteng, bersama penerima santunan lain, secara simbolis Hasmiati menerima santunan kematian dari BPJS-TK sebesar Rp42 juta. Santunan yang diserahkan langsung oleh Ketua Pelaksana dan Pengawas Inpres Nomor 2 Tahun 2021 Sulteng, sekaligus Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Sulteng Agus Salim, berlangsung di Lantai VI Aula Kaili, Kantor Kejati Sulteng, Jalan Samratulangi,Kota Palu, Selasa (21/11).
Hasmiawati berencana, uang santunan diterimanya tersebut, digunakan bagi biaya pendidikan ketiga anak dari adiknya Abdul Mu’tin. almarhum. yakni Moh Dimas (11) kini duduk kelas VI SD, Septiana Dewi menjadi siswa kelas 1 SDN 17 Palu dan Moh Febriansyah masih berusia 4 tahun.
Fitria Bareta Istri dari Abdul Mu’tin sendiri sudah lebih dulu wafat pada Maret 2022 silam. Praktis ketiga anaknya yatim piatu, Hasmiawatilah menjadi tempat tumpuan serta sandaran hidup bagi ketiga buah hati adiknya tersebut.
“Abis terima santunan kemarin, sudah saya cairkan ambil sebagian untuk keperluan sekolah beli sepatu,” kata Mia, sambil menidurkan mengayun salahsatu kemenakan di buaian.
Ia mengatakan, ini lagi kakaknya kelas VI SD minta belikan sepeda. Dirinya belum memenuhi permintaan tersebut.
“Saya belum penuhi permintaanya, saya bilang kau (Moh Dimas) tahun depan mau tamat SD, masuk SMP perlu biaya, nanti sepeda lama saja diperbaiki,” ujarnya menirukan penyampaiannya kepada kemenakannya.
Olehnya, dia sangat bersyukur adanya dana santunan kematian tersebut, sangat membantu untuk biaya pendidikan mereka kelak.
Apalagi dirinya tidak bekerja, meski tawaran kerja dari rekan-rekan sekolah seangkatannya ada dia lebih memilih menjaga kemenakannya, sebab siapa lagi mau merawat mereka. Kedua orangtuanya sudah tidak ada, keluarga dari istri almarhum pun punya keluarga dengan kesibukan masing-masing.
Meski uang simpanan santunan ada, dia juga belum tahu untuk dipergunakan buat usaha. Apalagi dengan pertimbangan-pertimbangan lain. Dia lebih memutuskan fokus menjaga, merawat kemenakan serta memperhatikan pendidikan mereka, agar kelak berguna bagi agama dan bangsa.
Bahkan, dia mendidik kemenakan dengan pesan moral tidak menjadi peminta-minta, meski kedua orang tuanya sudah berpulang ke Rahmatullah.
Dia berharap, semoga kelak ketiga anak dari almarhum, bisa mencapai kesuksesan dunia dan akhirat, sehingga kedua orangtuanya bahagia di alam kubur, menyaksikan atas perjuangan mereka merengkuh cita-citanya.
Reporter: IKRAM
Editor: NANANG