SIGI – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), menggencarkan sosialisasi tentang moderasi beragama untuk membangun kerukunan antar sesama pemeluk agama di daerah.
“Saya berpandangan moderasi beragama di Kabupaten Sigi masih tetap relevan untuk terus disampaikan kepada umat Islam, agar dapat dipahami dengan baik,” ucap Ketua MUI Kabupaten Sigi, Ali Hasan Aljufri, di Musyawarah daerah (Musda) II MUI Kabupaten Sigi, Senin (31/05).
Kata Ali Hasan Aljufri, Pengurus MUI di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa, di Sigi yang terlibat di dalam Musda II MUI Sigi, harus mampu menyusun dan merumuskan program-program lima tahun kedepan, tentunya sesuai dengan tema yang diangkat, yakni “wujudkan moderasi beragama, perkokoh ukhuwah islamiyah”.
Kata Ali Hasan Aljufri, program-program itu harus mampu menjawab tantangan yang dihadapi oleh umat saat ini, misalnya mengenai moderasi beragama dan problem mengenai toleransi antar-umat beragama.
“Serta menghadapi tantangan kedepan dalam bidang aqidah, syariah, akhlak, budaya, dan perkembangan informasi teknologi dan sebagainya,” ujarnya.
Ia menegaskan, penguatan paradigma pemahaman masyarakat khususnya umat Islam di Sigi, mengenai moderasi beragama untuk membangun umat yang moderat, harus menjadi agenda utama MUI di semua tingkatan di Sigi.
“Hal ini penting, seiring dengan adanya indikasi penyebaran faham intoleransi, radikalisme dan terorisme di masyarakat. Olehnya pegurus MUI di semua tingkatan di Sigi agar memahami secara utuh moderasi beragama, sehingga dapat menjadi corong dalam menyampaikannya kepada umat. Setiap pengurus MUI harus menyampaikan tentang Islam wasathiyah sebanyak mungkin bagi umat Islam di Sigi,” imbuhnya.
Hal itu agar pemahaman keIslaman sebagaimana yang telah diletakkan oleh para ulama terdahulu di Indonesia, bisa hadir kembali dan menjadi jati diri umat Islam di Indonesia termasuk di Sigi.
Selain itu, kata Ali Hasan, MUI Sigi di semua tingkatan harus menyusun program kerja yang disesuaikan dengan tuntutan kemajuan informasi dan digitalisasi.
MUI Sigi sudah harus menyiapkan diri sejak awal untuk menyambut kedatangan tren digitalisasi dan informasi
“Kalau hal ini tidak dilakukan, maka MUI akan ditinggalkan, karena program dan kinerja tidak menyentuh pada segmen masyarakat yang telah berubah,” ujarnya.
Dipenghujungm Ali Hasan Aljufri menekankan, MUI harus menjadi organisasi keagamaan yang bersifat mengayomi, mempersatukan, dan menjadi penyejuk umat beragama.
Reporter : Hady
Editor : Yamin