AIDA: Peliputan Harusnya dari Perspektif Korban
Sementara, Ketua pengurus Aliansi Indonesia Damai (AIDA) Hasibullah Satrawi mengatakan, peliputan terorisme di media massa, harusnya menyertakan perspektif korban, yaitu hadirkan dampak ditimbulkan dari peristiwa kekerasan itu.
Hasibullah menyoroti minimnya pemberitaan tentang dampak terorisme. Padahal setiap aksi terorisme menimbulkan dampak berkepanjangan bagi korbannya.
” Pemberitaan ini akan membuka mata masyarakat bahwa terorisme itu nyata adanya, sekaligus mendorong kesadaran pelaku bahwa korban yang berjatuhan adalah orang-orang tak bersalah, ” sebutnya.
Hasibullah mengatakan, ketika kelompok ekstremis mengklaim mereka berjuang demi Islam, perlu disadari bahwa yang menjadi korban justru ada dari umat Islam.
“Dampaknya itu ternyata tidak selalu seperti yang dibayangkan oleh pelakunya. Tentang dampak ini penting disampaikan dalam pemberitaan. Jangan melulu (yang diberitakan) tentang pelaku,” kata Hasibullah.
Sebagai bagian dari peliputan berperspektif korban, adalah terkait kebutuhan korban, terutama yang berkaitan dengan hak-hak mereka sesuai undang-undang.
Dalam pandangan Hasibullah, para korban adalah martir negara. Mereka menjadi korban akibat kebencian kelompok ekstrem terhadap negara. Aksi teror menyasar kepada negara, tetapi korban yang jatuh adalah warga sipil.
Hasibullah meminta jurnalis agar menjadikan aktivitas peliputan terorisme dan korbannya ini sebagai panggilan jiwa. Sebab, tidak ada orang yang kebal dari virus terorisme. Semua orang berpotensi menjadi pelaku. Kalaupun tidak menjadi pelaku, semua orang berpotensi menjadi korban.
“Oleh karena itu, ayo lakukan ini secara benar. Membangun Indonesia damai itu kepentingan hidup mati kita. Karena sekali tidak damai, kita akan kerepotan menghadapi hari-hari kita,” pungkasnya.