Larama, Siswa SMA Miliki Kemampuan Membaca Manuskrip Kuno

oleh -
M. Rizki Ramadhani sang pembaca naskah kuno aksara Bugis. (FOTO: media.alkhairaat.id/Jamrin AB)

Usianya masih terbilang belia. Tetapi minatnya terhadap sejarah dan budaya cukup tinggi, sehingga kegiatan kesejarahan di Kota Palu sering diikuti berupa acara dialog atau pameran arsip sejarah.

Namanya, M. Rizki Ramadhani usia 19 tahun, tepatnya lahir di Palu, 21 Oktober 2004.

Ia baru saja menamatkan Pendidikan di SMA Labschool Untad (Universitas Tadulako). Kini, ia sedang menunggu pengumuman hasil ujian dari Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Jurusan yang dipilih antara Arsitek dan Arkeologi.

Larama, sapaan akrabnya, memiliki kemampuan membaca manuskrip kuno aksara Lontara Bugis, sebuah kemampuan yang amat langka di Kota Palu saat ini.

Jangankan kaum milenial, orang tua saja banyak tidak berminat pada naskah kuno, tetapi Larama menggemarinya, layaknya seorang filolog.

Ketertarikan Larama pada pelajaran sejarah tumbuh sejak masih SMP Labschool Untad. Memiliki prestasi seperti juara II OSN IPS tingkat SMP se-Kota Palu tahun 2019, medali perunggu OSI Bidang Sejarah tahun 2022 dan medali perunggu OSI PSI Bidang sejarah tahun 2022.

“Kalau disebut filolog itu masih jauh karena mesti kuliah dulu di jurusan sastra atau humaniora. Jadi kemampuan saya masih sangat sedikit sebetulnya, tapi sudah bisa memahami dan menggemari naskah kuno,” ucapnya merendah.

Menurutnya, kecintaanya terhadap pembacaan aksara Bugis tumbuh secara otodidak. Awalnya sering baca naskah dari Andi Munawar seorang budayawan asal Wajo.

Selain itu, kata Larama, ia pernah diberi hadiah sebuah buku dari sahabatnya tentang pelajaran Bahasa Bugis Makassar bertuliskan Lontara.

“Dari situlah terus belajar aksara hingga kemudian secara pelan-pelan banyak membaca naskah seperti Lagaligo dan beberapa koleksi Perpusnas pada tahun 2020,” ungkap Larama, kepada Media Alkhairaat, baru-baru ini.

Beberapa naskah kuno milik sejarawan maupun pegiat arsip pernah ia baca. Hasilnya cukup informatif. Terakhir, pada pameran arsip kuno yang dilaksanakan Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST) di Gedung Juang Palu, sekali lagi Larama diminta membaca beberapa kutipan naskah tulisan Bugis yang dipamerkan itu.

Saat ini di Kota Palu, masih banyak naskah Lontara Bugis berisi informasi sejarah sosial politik masa pemerintahan raja-raja yang melakukan perjanjian dengan pemerintah kolonial. Naskah-naskah itu koleksi perorangan, komunitas maupun milik museum, menjadi barang antik. Jarang terjamah disebabkan sulit mendapatkan orang yang mampu membaca dan memahami.

Salah satu manuskrip menarik perhatian dan sempat dibaca Larama, adalah naskah perjanjian antara Parampasi salah satu raja Palu dengan pemerintah Hindia Belanda.

“Kenapa saya tertarik mempelajaritulisan aksara Bugis? Karena baskah-naksah Lontara itu berisi banyak ilmu pengetahuan, sementara tidak banyak orang yang tahu lagi. Ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi saya bisa membaca naskah kuno,” ucap Larama.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay