PALU – Komunitas Historia Sulawesi Tengah (KHST) menggelar peringatan Hari Arsip Nasional di Gedung Juang, Palu, Kamis (18/05). Kegiatan diisi dengan diskusi tentang sejarah dan pameran arsip serta manuskrip Kolonial Belanda.

Ratusan lembar arsip berusia ratusan tahun dipamerkan di pelataran Gedung Juang. Di antara arsip berbahasa aksara Bugis berisi perjanjian antara Parampasi, salah satu Raja Palu dengan pemerintah Hindia Belanda.

Ada pula berbgai arsip kegiatan dan laporan Pemerintah Belanda dengan berbagai urusan pembangunan jalan dan jembatan yang ditandatangani pejabat kontrolir dan asisten residen. Ketika itu wilayah Palu merupakan bagian dari pemerintahan Afdeling Donggala sebagai pusat pemerintahan, sehingga beberapa arsip dikirim dari Donggala.

Koordinator KHST, Mohamad Antho Heriantho, selaku penggagas pameran, menjelaskan, keberadaan arsip kolonial merupakan hasil penelusuran di berbagai tempat dan milik perorangan di Lembah Palu.

Bahkan, kata dia, sebagian didapatkan di loteng bangunan bekas Kantor Bappeda Kabupaten Donggala di Jalan Hasanuddin Kota Palu. Bangunan itu merupakan peninggalan Belanda sehingga banyak menyisakan arsip.

“Sebetulnya yang kami pamerkan ini hanya sebagian kecil yang kami selamatkan di bekas bangunan Belanda itu. Yang lebih banyak lagi ada dibawa tim Balai Pelestarian Cagar Budaya Gorontalo beberapa tahu lalu,” kata Herianto dalam diskusi arsip.

Menurutnya, pameran semacam ini sudah beberapakali dilaksanakan. Harapannya agar dapat dilakukan penyelamatan sekaligus memperkenalkan pada generasi muda terhadap pentingnya arsip sebagai sumber informasi sejarah perkembangan pembangunan di Lembah Palu.

Selain arsip surat aktivitas Pemerintah Belanda, ditampilkan pula puluhan lembar foto yang berkaitan dnegan pembangunan dan kegiatan pemerintahan di Kota Palu. Termasuk surat kabar mingguan dan bulan yang pernah terbit di Kota Palu, salah satunya pada tahun 1935 dan kebanyakan terbitan 1970-an.

“Apa yang terpublikasi di koran-koran lama itu, dapat kita memahami berbagai pembagunan secara fisik maupun secara sosial politik melalui media pada masanya,” kata Antho, sapaan akrapnya.

Dalam peringatan arsip tersebut, para pengunjung pameran diajak melakukan penelusuran ke bekas bangunan tua di kawasan Jalan Hasanuddin Kota Palu. Di antaran bangunan yang ada sebagian sudah berubah bentuk dan ada pula yang rusak berat karena tidak terpelihara.

Reporter : Jamrin AB
Editor : Rifay