SIGI – Komitmen Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) untuk memberdayakan masyarakat terdampak bencana alam di Desa Sambo, Kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi, ternyata tak sebatas pemberian bantuan dan program kepada masyarakat.

Ada pesan dan niat tulus dari aplikasi tiga program yang digelontorkan (revitalisasi air bersih, livelihood dan educare) itu, yakni membangun ukhuwah yang berkalanjutan dengan masyarakat setempat.

“Memang program dari kita mungkin hanya sampai di sini, tapi kita tetap akan melakukan monitoring dan pendampingan sebagai langkah awal untuk membangun ukhuwah persaudaraan dengan masyarakat di sini,” demikian dikatakan Presiden Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), Arie Gumilar, saat peresmian tiga program rehabilitasi pascabencana alam di Desa Sambo, pekan lalu.

Dia mengatakan, pihaknya memilih Desa Sambo sebagai sasaran rehabilitasi, bukan sekadar pilih, melainkan telah melalui proses assesmen.

“Kita paham bahwa resources yang kita miliki terbatas, maka kita sepakat bahwa bantuan yang disalurkan pasca tanggap darurat. Karena saat tanggap darurat, dari perusahaan (pertamina) itu sudah langsung action. Maka kita masuk di fase rehabilitasi,” katanya.

Asesmen yang dilakukan, kata dia, melihat apakah kondisi wilayah itu betul-betul terdampak

“Kemudian dari sisi kondisifitas wilayahnya juga bisa kita hendle, sebab adakalanya kalau kita masuk di suatu tempat yang tidak kondusif, maka bukannya bisa maksimal, bahkan kita mungkin akan menemui masalah. Kemudian kita melihat budaya masyarakatnya dan kelihatannya memang di Sambo cocok,” ujarnya.

Menurutnya, jika melihat di awal, yang dibutuhkan masyarakat adalah hunian sementara (huntara).

“Tapi kalau kami masuk ke situ, tidak akan mampu Rp800 jutaan mungkin hanya bisa membangun beberapa unit saja dan malah menimbulkan ketidakadilan,” ujarnya.

Dia berharap, jika ada pihak lain yang ingin menyalurkan bantuan ke lokasi bencana, sebaiknya meniru pola yang mereka jalankan.

“Karena inilah yang lebih memberikan manfaat besar yang bisa langsung dirasakan masyarakat tidak hanya sebatas memberi bantuan kirim logistik kemudian ditinggal. Apalagi cuma kirim dalam bentuk uang melalui instansi pemerintah atau apapun, itu jarang sekali bisa sampai langsung ke masyarakat. Tapi kalau kita lakukan dengan terencana dan tervaluasi dan kita tunggui sampai dengan selesai, Insya Allah bisa bermafaat untuk semuanya. Saya yakin kalau semua bantuan dikelola dengan cara yang kami lakukan ini itu akan lebih cepat Palu Bangkit,” tutupnya.

Hal itu juga mendapat apresiasi dari Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) Pertamina (Persero),  Koeshartanto yang turut meresmikan tiga program tersebut. Menurutnya, program itu sangat luar biasa.

“Kami menilai program ini smart karena kami melihat ini program yang kecerdasannya ada, jadi tidak cuma sekadar datang tapi dikaji dan harapan kami apa yang kita lakukan ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat,” ujarnya.

Ke depan, kata dia, apa yang sudah ada saat ini bisa ditindaklanjuti dengan CSR dari Pertamina.

“Ini kan sudah ada pondasinya, ya pasti kami akan pikirkan kelangsungannya dari sisi sarana dan prasarana. Kita akan identifikasi kebutuhannya, kita tidak ingin yang mewah-mewah tapi bisa memberikan manfaat,” tutupnya. (RIFAY)