Disparekraf Sulteng Gagas Museum SIS Aljufri

oleh -
Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulteng, Diah Ento.

PALU – Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi Sulawesi Tengah, menggagas pembangunan museum Guru Tua sebagai salah satu objek wisata religi pusat peradaban umat islam.

“Ruang komunikasi kita dengan pihak Pengurus Besar (PB) Alkhairaat sudah dimulai terkait dengan gagasan museum Guru Tua, dan sejauh ini cukup positif,” kata Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi Sulteng, Diah Ento, Senin (9/05).

Ia menjelaskan, tujuan utama dari keberadaan museum itu nantinya, adalah sebagai wadah untuk mengedukasi para pengunjung dari dalam maupun luar Sulteng, tentang Alkhairaat sebagai organisasi masyarakat islam terbesar di kawasan Timur Indonesia (KTI).

Bahkan, nantinya turut dapat menjadi objek wisata bagi para pelajar dari berbagai macam madrasah-madrasah yang ada dibawah, maupun yang tidak bernaung pada Kementerian Agama.

“Karena ketokohan pendiri Habib Idrus bin Salim Aldjufri itu, sangat terkenal bagaimana caranya dalam berdakwah yang membuat Alkhairaat sebesar yang hari ini, dan sudah tersebar di berbagai provinsi dengan perkiraan 6 juta Abnaulkhairaat,” jelasnya.

BACA JUGA :  Rakor Tata Lingkungan Regional Sulteng 2024 Fokus Pertumbuhan Ekonomi

Ia mengemukakan museum itu sebagai bentuk dukungan pemerintah dalam menjadikan kompleks Alkhairaat di Jalan SIS Aldjufri, Kota Palu, sebagai kawasan wisata dengan konsep religi yang tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Palu Nomor 16 Tahun 2011, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palu 2010-2030.

Lebih lagi, lanjut Diah, kehadiran museum guru tua juga akan mendukung pelaksanaan haul guru tua yang digelar rutin setiap tahun, 12 hari pasca lebaran idul fitri oleh PB Alkhairaat.

“Sehingga suasana kawasan religi itu betul-betul muncul dan kita harapkan keramaian pada kawasan wisata religi itu akan berkesinambungan terus-menerus, kemudian memunculkan dampak-dampak ekonomi yang positif bagi masyarakat sekitar mengingat dalam setiap perayaan Haul itu kan ribuan yang datang para abna,” jelasnya.

BACA JUGA :  Empat PJU Polda Sulteng Lolos Sespimti 2025

Habib Sayyid Idrus bin Salim Aljufri (Guru Tua), ulama besar yang menghibahkan perjalanan hidupnya untuk kepentingan masa depan pembangunan bangsa di bidang pendidikan dan dakwah Islam, di Tanah Air.

Pada 14 Muharram 1349 Hijriah atau 11 Juni 1930 Masehi, dibukalah dengan resmi Madrasah Alkhairaat yang didirikan oleh Guru Tua. Peresmian dihadiri wakil Pemerintah Belanda, Raja Palu Djanggola, tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar Kota Palu. Perjuangan Alkhairaat terhitung dimulai sejak 1928.

Sejarah mencatat antusias masyarakat lembah Palu akan pentingnya pendidikan keagamaan. Alkhairaat kemudian menjadi cahaya yang terang menderang menyinari warga Kota Palu dan sekitarnya, mengikis kepercayaan tradisional dinamisme (mistik) dan animisme. Hari demi hari pun berlalu, nama Alkhairaat begitu cepat tersebar luas. Sejak enam bulan berdiri, Madrasah Alkhairaat saat itu tak lagi bisa menampung seluruh pelajar sehingga akhirnya Guru Tua membangun kelas yang mampu menampung 200 pelajar dari kantongnya sendiri.

BACA JUGA :  Wartawan Media Alkhairaat Diintimidasi Oknum TNI, AJI Minta Dandim 1306 Transparan

Dalam masa perjuangan dakwahnya, Guru Tua telah berhasil membangun 420 madrasah yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia bagian timur, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Papua. Semuanya adalah saksi nyata akan dakwah dia yang tak mengenal lelah, yang kini telah mencapai lebih dari 1.700 madrasah.

Alkhairaat memiliki jenjang pendidikan mulai dari tingkat Pendidikan Anak Usia Dini hingga SLTA tersebar di seluruh Indonesia, utamanya di kawasan timur. Selain itu, Alkhairaat juga memiliki perguruan tinggi yang bernama Universitas Alkhairaat di Kota Palu.

Reporter : Faldi
Editor : Yamin