Cegah Covid-19, Perempuan Sivia Patuju “Baku Bantu Jait Masker”

oleh -

PALU- Sekolah Perempuan Sivia Patuju Kabupaten Tojo Una-una menjahit masker sendiri, dalam upaya mencegah wabah Covid-19 lebih meluas di daerahnya.

“Gerakan serempak jahit masker adalah salah satu gerakan melawan cofid 19 yang di inisiasi oleh sekolah perempuan Sivia Patuju Tojo Una-una. Ide ini bermula saat terkonfirmasinya salah seorang warga Desa Pusungi saudara N yang dinyatakan PDP (Pasien Dalam Pengawasan) beberapa hari lalu,” kata Ramlah Laki, Ketua Sekolah Perempuan Sivia Patuju, pada media ini, Sabtu (11/4).

Melalui Sekolah Perempuan yang diinisiasinya itu, mereka melakukan penggalangan dana melalui media sosial FB dan IG dan membuka relawan Covid-19 di desa Pusungi.

Relawan Covid-19 itu selain bertugas menjemput bantuan dari para dermawan, juga memberikan edukasi kepada masyarakat, menggalang ibu-ibu rumah tangga dan ibu lanjut usia produktif menjahit masker kain secara sukarela yang dibagikan secara gratis kepada warga.

Ramlah mengatakan, dana yang sudah terkumpul sejak 08 s/d 10 April senilai satu juta rupiah itu, dibelikan kain dan alat pelindung diri lainnya.

Selain dana, mereka juga menerima bantuan kain dari sejumlah dermawan yang minta dirahasiakan identitasnya.

Alumni FKIP Unisa Palu itu mengatakan, melalui gerakan “baku bantu jait masker” yang dipelopori Sekolah Perempuan Sivia Patuju ternyata menggunggah hati para ibu-ibu yang memiliki keterampilan menjahit di desa Pusungi, yang serempak menjahit masker kain.

Menurutnya, bantuan yang terkumpul juga akan dialokasikan untuk pembuatan APD bagi petugas medis yang menangani pasien Covid-19 di Touna.

“Bila anggaran lebih akan kami alokasikan juga untuk pembuatan APD bagi tim medis Covid-19, juga kebutuhan sembako bagi keluarga pasien dalam pengawasan serta masyarakat kurang mampu yang terdampak Covid-19 di wilayah Tojo Una-una,” katanya.

Aktivis perempuan itu juga menyarankan kepada seluruh desa agar memanfaatkan dana desa, dengan menyediakan rumah khusus untuk isolasi atau karantina bagi masyarakat yang dinyatakan ODP ataupun PDP sehingga untuk sementara terpisah dari keluarga inti dan masyarakat sampai masa karantina selesai,” sarannya.

Dia juga menyayangkan lambannya Pemerintah Daerah dalam penanganan dampak Covid-19, khususnya dalam mengedukasi masyarakat yang akibatnya muncul stigma buruk bagi desa Pusungi, yang berujung pada blokade jalan yang dilakukan warga yang tidak menerima stigma buruk yang dilekatkan pada warga desanya.

“Seandainya respon Pemerintah Daerah cepat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kerja virus covid-19 dan penanganan maka tidak ada warga saling buly di medsos, tidak ada weaga desa lain yang menolak warga Pusungi dan tidak ada blokade jalan,” pungkasnya. (IWANLAKI)