Palu – Arus lalu lintas di jalan trans Sulawesi antara Kota Bungku, Ibu Kota Kabupaten Morowali, menuju Kota Palu, kini berangsur normal kembali setelah terputus akibat diterjang banjir bandang, Sabtu (8/6).
“Alhamdulillah, berkat antusiasme masyarakat membantu kita, jalan sudah terbuka kembali sore ini,” Ujar Irvan, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 35 Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Wilayah Sulteng yang dihubungi melalui telepon genggamnya, Sabtu petang.
Menurut dia, akibat hujan deras yang mengguyur wilayah Morowali dan Morowali Utara selama beberapa hari terakhir, jembatan Bahoyuno di Desa Wosu, Kecamatan Bungku Barat, terputus karena opritnya tergerus air yang cukup deras.
Namun demikian, atas bantuan warga sekitar, segera dipasang gelagar batang kelapa di atas oprit jembatan yang putus itu sehingga kendaraan bisa kembali melintas di atasnya.
Irvan mengakui, bahwa sejak empat hari sebelum Idul Fitri 1440 Hijriah, sudah ada tanda-tanda akan terjadi kerusakan seperti ini bila hujan masih terus mengguyur.
“Ternyata benar, hari ini kejadian, sebab air banjir naik sampai hampir menyentuh lantai jembatan dan opritnya sehingga oprit (penghubung jembatan dan badan jalan) ke arah Palu putus,” Ungkapnya.
Keterangan lain yang berhasil dihimpun, menyebutkan air bah di Sungai Bahoyuno Wosu yang terjadi kali ini, memang paling besar dibanding banjir-banjir sebelumnya karena air sampai menutupi oprit jembatan.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Morowali sudah memasang bronjong di atas oprit jembatan tersebut untuk mengendalikan arus air, namun bronjong itu sendiri rusak dihantam banjir.
Sementara itu, upaya menormalisasi lalu lintas di Jembatan Dampala, Kecamatan Bahodopi, yang juga terputus pada Sabtu (8/6), masih membutuhkan waktu cukup lama karena kerusakan terjadi pada badan jembatan.
Kata Irvan, saat inipun pihaknya sedang berupaya memasang jembatan darurat dari besi (bally) di jembatan tersebut, namun masih harus mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai wilayah di Sulteng.
Akibatnya, arus lalu lintas trans Sulawesi dari Morowali ke Kendari, Sultra, masih terputus total dan tidak ada jalur alternatif untuk menggantikan Jembatan Dampala, agar masyarakat bisa berkendara menuju Kendari hingga Sultra.
Menurut dia, sejumlah sumber menyebutkan, banjir di musim hujan di Kabupaten Morowali akhir-akhir ini semakin parah dibanding tahun-tahun sebelumnya, karena hutan-hutan di hulu sungai semakin gundul akibat penambangan nikel dan perkebunan.
Selain itu, tingginya frekuensi lalu lintas kendaraan dengan muatan berat di atas daya dukung jalan, merupakan ancaman tersendiri bagi kelestarian jalan dan jembatan di jalur trans Sulawesi Sulteng-Sultra.
Kehadiran PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), sebuah kawasan industri pertambangan nikel terbesar di Indonesia di Kecamatan Bahodopi yang mempekerjakan sekitar 35.000 tenaga kerja, semakin menambah padatnya arus lalu lintas dijalan trans Sulawesi baik untuk barang maupun penumpang, dari arah Kota Palu, Sulteng maupun Kendari, Sultra.(ANT)