OLEH: DARLIS MUHAMMAD*

“Tiap Bangsa memiliki simbol kemuliaan dan simbol kemuliaan kami adalah Merah Putih” ini bukan pepatah biasa, ini adalah kata mutiara dan syair Habib Sayid Idrus bin Salim Aljufri atau yang popular kita sebut Guru Tua. Syair ini perlambang bahwa Guru Tua menanam marwah dan kecintaan negeri ini lewat bendera Merah Putih.

Dana kalau negeri tetangga Malaysia memperlakukan bendera  Merah Putih yang oleh Guru Tua dinukilkan sebagai symbol kemuliaan  bangsa, maka perlakuan bangsa Malaysia terhadap symbol  Negara itu adalh sesuatu yang kurang beradab dan tak bermoral. Boleh jadi itu kategori Galil Addab.

Bendera merah putih memang hanya secarik kain, yang biasa dipasang dipagar-pagar warga saat upacara kenegaraan. Tetapi seeramat dalam bagi eksistensi suatu negara yang dijunjung tinggi rakyatnya. Karena itu, tidak ada yang bisa seenaknya mengutak-atik, apalagi dengan maksud menghina. Dia adalah symbol perjuangan   dank karena itu amat penting dijaga marwahnya.

Karena itu, bangsa ini tak mungkin menoleransi setiap penghinaan terhadap Merah Putih. Tak peduli siapa pun dia, apakah orang Indonesia atau warga mancanegara, jika menghina sang Merah Putih maka  harus berhadapan dengan seluruh anak bangsa ini.

Diperhelatan Sea Games dan Malyasia sebagai tuan rumah cerita penghinaan terhadap bangsa ini belum habis, Belum selesai pembahasan tentang bendera Indonesia yang terbalik, muncul lagi kisah para pemain Timnas U22 yang sempat kelaparan karena makanan yang disediakan panitia habis.

Mereka hanya melihat prasmanan yang terbuka dalam kondisi kosong. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia dikejutkan lagi dengan keputusan tim sepak takraw putri Indonesia mundur dari pertandingan partai final melawan Malaysia.

Indonesia mengundurkan diri dari pertandingan itu karena merasa dicurangi oleh keputusan wasit utama, Muhammad Radi, yang berasal dari Singapura.

“Sejak set pertama sudah ada indikasi kecurangan. Ketika anak-anak mau servis selalu dibatalkan,” kata asisten pelatih timnas sepak takraw putri, Abdul Gani, seperti dilansir Kompas.com. “Bagaimana mau main, kan kasian para pemain kami. Sepertinya ini sudah diatur,” ujar dia menambahkan.

Tim putri sepak takraw mengajukan WO saat pertandingan set kedua. Padahal, saat itu Indonesia sedang unggul 16-10.

“Alasan servis pemain kami kerap dibatalkan karena kaki pemain kami dianggap terangkat (fault). Mungkin wasit begitu supaya Malaysia menang, seperti ada pengaturan. Sebagai pelatih, saya melihatnya sudah tak normal,” tutur dia.

Perlakuan Malaysia seperti itu  menjadi wajib bagi kita untuk marah dan murka. Karena itu pula pemerintah sudah semestinya  melayangkan nota protes dan mendesak Malaysia menindak tegas mereka yang serampangan memajang Merah Putih, symbol kemuliaan kita.

*Penulis adalah Pimpinan Redaksi Harian Umum Media Alkhairaat (MAL)