MOROWALI – Masih mengenakan seragam berwarna putih biru, Fakhri dan Kenzo memunguti gelas-gelas kemasan sisa minuman yang berserak acak di halaman sekolahnya. Di bawah sinar matahari sore, kedua siswa kelas VII SMP Negeri 4 Bahodopi ini, penuh semangat mencari botol kemasan plastik hingga ke parit depan ruang kelas mereka, Selasa (19/03).
Setelah terkumpul banyak, wadah plastik sisa minuman kemasan itu mereka masukkan dalam satu karung putih besar. Fakhri menceritakan, nantinya sampah botol dan gelas plastik wadah minuman diserahkan kepada guru mereka setiap hari Sabtu sebagai tambahan nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia.
“Pengin dapat uang dan ditabung,” kata Fakhri, saat dijumpai di halaman belakang sekolahnya beberapa waktu lalu.
Aktivitas yang dilakukan Fakhri dan Kenzo ini, merupakan bagian dari keterlibatan pihak sekolah di Kecamatan Bahodopi untuk memberantas sampah di wilayah itu. Timbulan sampah yang berserakan di jalan permukiman warga masih menjadi problem sosial di Kecamatan Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah.
Kondisi ini kemudian mencetuskan ide bagi Wayan Srianiawantini, seorang guru mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMPN 4 Bahodopi. Perempuan kelahiran Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara ini membuat program pengumpulan sampah khususnya berbahan plastik dengan melibatkan para siswa didiknya.
“Para siswa yang terlibat dalam program pengumpulan sampah plastik ini akan mendapat tambahan nilai di rapornya nanti semacam ekstra kurikuler,” kata Wayan.
Wayan bercerita, ide awal membuat program ini adalah ketika pihaknya banyak terlibat diskusi dengan tim CSR PT IMIP terkait timbulan sampah di Kecamatan Bahodopi yang semakin banyak seiring terus bertambahnya warga pendatang di daerah itu. Dari diskusi itu, lalu tercetus ide bagaimana membangun kesadaran warga Bahodopi akan pentingnya menjaga dan mengendalikan sampah.
Didukung pimpinan di sekolah tempatnya mengajar serta sejumlah guru, Wayan lalu membuat program Gerakan Peduli Sampah Sejak Dini untuk membentuk kebiasaan baru masyarakat. Gerakan ini, menyasar para siswa didik di sekolahnya sebagai percontohannya.
Dalam program itu, siswa kelas VII SMPN 4 Bahodopi diminta menerapkan pungut dan pilah sampah secara mandiri. Wayan mantap mewajibkan anak didiknya mulai menerapkan kebiasaan keterampilan memungut sampah plastik sebagai poin pembelajaran.
Bahkan, Wayan memasukkan aktivitas memungut dan memilah sampah sebagai poin penilaian keterampilan mengacu standar Kurikulum Merdeka. Dua di antaranya ialah “Beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa” dan “Berakhlak mulia”.
Wayan menuturkan, selama ini siswa cenderung tak peduli. Kesadaran untuk memungut sampah dan membuang pada tempatnya masih rendah. Alih-alih membersihkan sampah yang berserakan di sekitar ruang kelasnya, mereka kerap membiarkan sampah hingga bertumpuk di sudut-sudut sekolah. Wayan pun merasa susah payah berulang kali mengingatkan murid-muridnya itu.
Lewat program edukasi dan sosialisasi dari tim CSR PT IMIP, pemahaman itu dapat tersampaikan kepada para siswa secara jelas dan menarik. Kegiatan edukasi ini difasilitasi oleh tim CSR PT IMIP bersama Pegiat Lingkungan Bahodopi, Gondrong Morowali, dan Solidaritas Anak Rantau Morowali.
Siswa tak hanya menerima penjelasan tentang bank sampah, tapi juga diajari dan praktik cara memungut serta memilah hingga penimbangan sampah. Wayan ingin mendorong bertumbuhnya kesadaran baru para siswa untuk aktif mengelola sampah.
“Dengan kegiatan ini kita berharap akan membentuk kebiasaan positif baru para siswa akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempatnya tumbuh dan beraktivitas,” kata Wayan.
Selain mendapat tambahan nilai ekskul di raportnya nanti, para siswa yang terlibat dalam kegiatan pemilahan sampah tersebut, kata Wayan, juga akan mendapat bonus berupa uang dalam bentuk tabungan. Uang tersebut merupakan hasil penjualan sampah plastik yang dilakukan pihak sekolah.
Untuk menjual sampah plastik hasil pilah yang dilakukan para siswa, pihak SMP Negeri 4 Bahodopi menggandeng Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Berlian Makmur yang memiliki program sekaligus pengelola Bank Sampah. KSM Berlian Makmur sendiri adalah wadah pemberdayaan warga Kecamatan Bahodopi dalam memilah dan mendaur ulang sampah.
Melalui konsep kerjasama inilah, bermacam sampah dapat dimaksimalkan potensi pemanfaatannya menjadi produk bernilai ekonomi melalui bank sampah. Dalam praktiknya, KSM Berlian Makmur berbagi ilmu tentang tata cara menerapkan bank sampah kepada para siswa SMPN 4 Bahodopi.
Ruslan, Ketua KSM Berlian Makmur, memandang penting menanamkan rasa peduli lingkungan terhadap sampah bagi anak sejak usia sekolah. Pihaknya bahkan berencana menyiapkan hadiah bagi setiap siswa yang berhasil mengumpulkan sampah terbanyak setiap minggunya.
“Hadiah berupa bantuan peralatan sekolah ini jangan dilihat dari kacamata negatif tapi ini merupakan sebuah upaya untuk mendorong tumbuhnya semangat mencintai lingkungan di diri setiap siswa,” kata Ruslan.
Ke depan, kata Ruslan, pihaknya berencana melibatkan komunitas warga yang lebih luas di Kecamatan Bahodopi misalnya kelompok pemuda, untuk bekerja sama agar masalah timbulan-timbulan sampah di kawasan permukiman warga dapat lebih cepat teratasi.
Di SMP Negeri 4 Bahodopi, Wayan mengatakan, penerapan peduli sampah dalam praktik pembelajaran di sekolah tempatnya mengajar diharapkan dapat memupuk rasa tanggung jawab dan kebanggaan dalam diri peserta didik. Setiap kali penerimaan raport pihak sekolah juga akan mengumumkan peraih predikat “Siswa Peduli Lingkungan” atau “Siswa Paling Peduli Terhadap Lingkungan Sekolah”.
“Bukan hanya nilai uangnya saja yang kita cari, tetapi rasa tanggung jawabnya,” ucap Wayan.
Terkait pengelolaan sampah di Kecamatan Bahodopi, pihak PT IMIP melalui program CSR telah menyalurkan lebih dari lima unit dump truk pengangkut sampah, lima kontainer sampah, dan ribuan tong sampah plastik yang didistribusikan kepada warga. Semua bantuan itu diserahkan kepada pemerintah kecamatan dan sejumlah desa di Bahodopi. Selain itu, PT IMIP bersama belasan komunitas pemuda di Kecamatan Bahodopi memberikan dukungan penuh dalam setiap aksi kegiatan pembersihan sampah di moment-momen tertentu seperti misalnya World Up Clean Day.
Saat ini, PT IMIP tengah dalam proses mendatangkan dua unit incinerator yang masing-masing berkapasitas 40 ton untuk membantu proses pengolahan sampah. Satu unit incinerator yang akan ditempatkan di Desa Bahomakmur sudah tiba dan sedang dalam proses infrastruktur penyiapan gedung. Sedangkan satu unit incinerator lainnya yang akan ditempatkan di Desa Makarti masih dalam perjalanan menuju Bahodopi menggunakan jalur laut. *