“Jangan sakiti saudaramu sesama muslim dengan menyebarkan kabar buruk. “Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata”. (QS.33:58)
Dosa besar dan akan ditimpa laknat Allah, akibat dari lidah selain fitnah ialah namimah (menghasut), yakni menyampaikan pembicaraan seseorang kepada orang lain dengan tujuan menciptakan perselisihan dan fitnah.
Fitnah dan namimah menjauhkan dirinya dari surga. Sabda Rasulullah SAW : “Tidak masuk surga orang yang suka menyebarkan fitnah”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena itu jauhilah sifat menghasut ini Orang penghasut perilakunya sering tidak terkendali. Dia bisa terjebak dalam tindakan merusak nama baik, mendiskreditkan, dan menghinakan orang yang dihasut.
Dengan cara itu ia membayangkan akan merusak citra, kredibilitas, dan daya tarik orang yang didengkinya. Dan sebaliknya, mengangkat citra, nama baik dan kredibilitas pihaknya. Namun kehendak Allah tidaklah demikian. Rasulullah saw. bersabda:
Dari Jabir dan Abu Ayyub Al-Anshari, mereka mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada seorang pun yang menghinakan seorang muslim di satu tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan menghinakan orang (yang menghina) itu di tempat yang ia inginkan pertolongan-Nya. Dan tidak seorang pun yang membela seorang muslim di tempat yang padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan membela orang (yang membela) itu di tempat yang ia menginginkan pembelaan-Nya.” (Ahmad, Abu Dawud, Ath-Thabrani)
Ketika seseorang melampiaskan kebencian dan kedengkian dengan melakukan propaganda busuk, hasutan, jangan berangan bahwa semua orang akan terpengaruh olehnya. Yang terpengaruh hanyalah orang-orang yang tidak membuka mata terhadap realitas, tidak dapat berpikir objektif, atau memang sudah “satu frekuensi” dengan si pendengki. Akan tetapi banyak pula yang mencoba melakukan tabayyun, cari informasi pembanding, dan berusaha berpikir objektif.
Nah, semakin hebat gempuran kedengkian dan kebencian itu, bagi orang yang berpikir objektif justru akan semakin tahu kebusukan hati si pendengki. Orang yang memiliki hati nurani ternyata tidak senang dengan fitnah, isu murahan, atau intrik-intrik pecundang.
Di mata mereka orang-orang yang bermental kerdil itu tidaklah simpatik dan tidak mengundang keberpihakan.
Orang yang banyak melakukan provokasi dan hanya bisa menjelek-jelekkan pihak lain juga akan terlihat di mata orang banyak sebagai orang yang tidak punya program dalam hidupnya. Dia tampil sebagai orang yang tidak dapat menampilkan sesuatu yang positif untuk “dijual”.
Maka jalan pintasnya adalah mengorek-ngorek apa yang ia anggap sebagai kesalahan. Bahkan sesuatu yang baik di mata pendengki bisa disulap menjadi keburukan. Nah, mana ada orang yang sehat akalnya suka cara-cara seperti itu?
Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Akan tetapi Islam yang dibawa oleh orang yang di dadanya memendam kedengkian tidak akan dapat dirasakan rahmatnya oleh orang lain.
Bahkan pendengki itu tidak mampu untuk sekadar menyungging senyum, mengucapkan kata ‘selamat’, atau melambaikan tangan bagi saudaranya yang mendapat sukses, baik dalam urusan dunia maupun terkait dengan sukses dalam perjuangan. Apatah lagi untuk membantu dan mendukung saudaranya yang mendapat sukses itu.
Apalagi saat ini tingginya persaingan sesama insan, terutama dalam dunia politik, membuat sebahagian orang memilih jalan-jalan keji untuk meraih kemenangan dengan cara menghasut, tak peduli dampak buruknya bagi diri sendiri dan orang lain.
Ditambah lagi sekarang ini menghasut semakin mudah di masa sekarang, seperti dengan memanfaatkan teknologi informasi. Dalam waktu sekejap, suatu hasutan bisa menyebar ke ribuan atau bahkan jutaan orang. Bahkan, setiap pembacanya bisa menyebarkan hasutan itu ke ribuan orang lain. Luar biasa jauh jangkauannya.
Namun akan berbeda bagi orang yang bertaqwa, sebelum berniat untuk menghasut akan memilih untuk memikirkan dosa-dosa dari perbuatan tersebut yang berlapis-lapis dan mengerikan.
Mungkin kemenangan bisa diraih dan dinikmati sejenak, tetapi dosa dengan sesama manusia tak akan terhapus sebelum orang tersebut memaafkannya. Jadi jauhi diri menjadi penghasut. Wallahu a’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)