BALUT – Yayasan Penyu Indonesia (YPI) bersama Aliansi Konservasi Tompotika (AlTo) dan Lembaga Penggiat Lingkungan “Pendaki Cinta Tantangan Alam” (Pecita) Banggai Laut (Balut) memberikan edukasi pentingnya perlindungan penyu di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pariwisata Al-Hajar Lampa, Balut, Senin (20/11).

Bhary Djumaan, Juru Kampanye YPI menyampaikan, di tahun 2020, YPI mencatat lebih dari 12 ribu item produk penyu sisik ditemukan untuk diperdagangkan. 

Padahal menurut penelitian, kata dia, populasi penyu saat ini sangat mengkhawatirkan, terutama penyu sisik yang telah mengalami penurunan hingga 90% dalam 100 tahun terakhir.

“Hal ini diduga akibat dari perburuan yang terus terjadi untuk dijadikan bahan souvenir atau perhiasan,” ungkap Bhary.

Untuk itu, kata dia, edukasi kepada masyarakat menjadi kunci untuk mengurangi permintaan pasar terhadap produk-produk penyu.

Lebih lanjut Bhary mengatakan, perlindungan penyu menjadi semakin krusial, mengingat populasinya terus berkurang akibat kerusakan habitat dan eksploitasi manusia, termasuk perburuan dan perdagangan ilegal.

Menurutnya, penyu sisik, yang karapasnya sering dijadikan bahan perhiasan, menghadapi ancaman lebih besar.

“Dari edukasi yang kami lakukan, kami berharap pengetahuan yang mereka peroleh dapat ditularkan kepada orang lain, agar generasi muda turut mencintai, menyayangi, dan peduli terhadap penyu,” katanya.

Bhary berharap agar semua pihak, khususnya generasi muda, turut peduli dan melaporkan kegiatan perburuan atau perdagangan penyu kepada pihak yang berwajib.

Guntur A Sabeha, Ketua Dimisioner Pecita, mengapresiasi YPI dan AlTo atas upaya edukasi yang rencananya akan digencarkan dengan menargetkan sebanyak-banyaknya sekolah di Balut.

“Memberikan pemahaman bahwa satwa yang terancam punah dilindungi sejak dini sangat penting, kalau tidak mereka akan hanya dapat cerita saja,” ujar Guntur.

Reporter : Iker/Editor : Rifay