Penilitian: Wilayah Islam Tertua Kedua di Nusantara yaitu Sulteng

oleh -
Masjid Arab Al Amin Malambora, Desa Wani, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, Sabtu (28/3). FOTO: IKRAM

PALU- Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Muhammad J Wartabone dalam waktu dekat akan mendeklarasikan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) sebagai Serambi Haramain. Penyematan Serambi Haramain ini menurutnya, bukan tanpa alasan, Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian sejarah oleh Dosen Sejarah Untad DR. Haliadi Sadi, yang menemukan kuburan Syekh Imam Syaban dalam nisannya tertulis 168 Hijiriah atau 746 Masehi Desa Lolantang, Kecamatan Bulagi Selatan, Kabupaten Banggai Kepulauan (Bangkep).”

Ini membuktikan bahwa Islam tertua Nusantara kedua, setelah Sumatera Barat ada di Provinsi Sulteng,” jelas anggota DPD RI DR.Muhammad J Wartabone dalam pertemuan Akbar keluarga Sayyid Aqil Al Mahdali di Masjid Arab Al Amin Malambora, Desa Wani, Kecamatan Tanantovea, Kabupaten Donggala, Sabtu (28/3).

Dia mengatakan, dari Syekh Imam Syaban 746 Masehi sampai Habib Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri atau Guru Tua 1930 Masehi, dan semua tokoh-tokoh ulama dalam rentan waktu tersebut tidak boleh putus.

BACA JUGA :  Dampak Nikel, Analisis: Ekonomi Tumbuh, Rakyat Terpinggirkan

“Dan salahsatu tokohnya Sayyid Aqil Al Mahdali,” jelasnya.

Inilah dari tujuan kedatangannya untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar Sayyid Aqil Al Mahdali guna berkonsolidasi menjadikan Sulteng punya identitas.

“Yaitu Islam tertua di Nusantara,”sebutnya.

Ia mengatakan, ketika kita memiliki identitas Islam tertua di Nusantara, maka Sulteng akan menjadi serambi Haramain. Dan keuntungan didapatkan ketikas Sulteng menjadi serambi Haramain.

“Anak-anak yang lahir di Sulteng, akan sekolah gratis di Negara-negara Islam. Ini nenjadi cita-cita panjang kedepannya,” paparnya.

Batu nisan kuburan Syekh Imam Sya’ban tanggal meninggal tertulis 168 Hijiriah atau 746 Masehi

Lebih lanjut dia mengatakan dari hasil penelitian dilakukan DR. Haliadi Sadi bersama DR.Syamsuri Dosen UIN Datokarama Palu ada sekitar 60 ulama Sulteng dari mulai Guru Tua 1930 Masehi sampai Syekh Imam Syaban 746 Masehi ini ulama tidak boleh putus.

BACA JUGA :  Dugaan Korupsi di Fakultas Kedokteran Untad Rugikan Negara Rp3 Miliar

” Sehingga Sulteng layak disebut serambi Haramain,” sebutnya.

Olehnya dia mengajak Habib Muhammad Alwi Al- Mahdali cucu dari Syekh Aqil Al – Mahdali untuk segera menuliskan lebih rapi silsilah dari keturunan Syekh Aqil Al-Mahdali.

Dia menambahkan dalam waktu dekat ini, dirinya bersama DR.Haliadi Sadi akan melaksanakan seminar Nasional Islam Tertua Nusantara di Sulawesi Tengah Serambi Haramain.

“Setelah itu akan menemui Bupati Bangkep untuk memperbaiki makam Syekh Imam Syaban tersebut. Lalu dilanjut dengan seminar Internasional di Jakarta,”pungkasnya.

BACA JUGA :  Zulkifli Syukur Pamit, Tinggalkan Pesan Menyentuh untuk Sepak Bola Sulteng

Sementara cucu dari Syekh Aqil Al-Mahdali, Habib Muhammad Alwi Al- Mahdali menceritakan hal Ikhwal kedatangan Syekh Aqil Al Mahdali tiba menetap, menikah sampai meninggal dan dimakamkan di Desa Wani, Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala.

Olehnya dia akan merapikan dan menyusun kembali silsilah keluarga dari Syekh Aqil Al Mahdali dan insyaallah bila telah selesai akan dibuatkan sebuah buku. Untuk nantinya disimpan di Masjid Al Amin Malambora dan Masjid Al- Mujahidin Desa Wani ini.

“Agar anak-anak cucu kita kedepan tahu jejak sejarah perkembangan Islam di Sulteng , khususnya desa Wani,” menyudahi.

Reporter: Ikram
Editor: Nanang