BOGOR – Garuda Kabonena dan Rauf Junior, dua tim asal Kota Palu yang mewakili Sulawesi Tengah (Sulteng) di Liga TopSkor Nasional U-18 kandas menuju final.

Dua laga semi final digelar di Lapangan  Trisakti, Nagrak, Ciangsana, Kamis (30/06) berjalan tidak seperti biasayanya. Keputusan wasit kerap mendapat protes keras dari tim., sehingga berbuntut pada kericuhan.

Laga semi final  pertama, Garuda Kabonena mengalami kekalahan tipis dari tim tuan rumah, Diklat ISA, dengan skor 0-1.

Laga semi final ke dua, Rauf Junior juga menghadapi tim tuan rumah, Pesik Kuningan, dengan skor akhir 1-2.

Dua gol Pesik Kuningan tercipta di menit ke 17 oleh Pindo Sadikin dan menit ke 33 oleh Mahisa Ginanjar. Sedangkan satu gol dari Rauf Junior  tercipta di menit ke 15 oleh Aryo Mahendra.

Atas hasil tersebut, Pesik Kuningan dan Diklat ISA dinyatakan masuk final memperebutkan peringkat 1 dan 2. Sedangkan Garuda Kabonena dan Rauf Junior memperebutkan peringkat 3 dan 4.

Laga semifinal berlangsung sengit. Masing-masing tim bermain impresif . Rauf Junior memiliki hasil ball possession 68 persen, sedangkan Pesik Kuningan hanya 32 persen.  Hanya saja, pada laga kedua, kepemimpinan wasit dinilai berat sebelah, lebih memihak pada Pesik Kuningan (tim tuan rumah).

Salah satu yang menjadi bahan protes keras dari Rauf Junior adalah, saat stricker mereka, Adrian dijatuhkan di dalam kotak finalti. Namun,  wasit yang meniup sempritan menarik keluar menunjuk titik pelanggaran di luar kotak 16.

“Itu satu dari sekian keputusan wasit yang merugikan kami,” ucap Manager Rauf Junior, Sofyan, dihubungi dari Palu, Kamis (30/06).

Sofyan menambahkan, sejak awal kepemimpinan wasit tersebut sudah dipertanyakan kepada panitia pusat Liga TopSkor. Namun, panitia pusat mengaku tidak bisa berbuat banyak, karena wasit tersebut merupakan penunjukan dari asosiasi wasit Bogor.

“Kami juga meragukan kapasitas wasit ini, kenapa harus wasit ini yang didelegasikan memimpin jalannya pertandingan semi final,” tutur Sofyan  mengutip jawaban panitia pusat Liga TopSkor.

Sofyan menilai, kepemimpinan wasit mencoreng nama besar Liga TopSkor. Terlebih, dua tim asal Kota Palu jauh-jauh ke Bogor hanya menginginkan permainan berjalan sportif. Karena baginya, dalam suatu pertandingan, menang dan kalah adalah hal yang biasa, tetapi harus berjalan sesuai dengan keputusan-keputusan yang profesional.

“Wasit yang ditugaskan di semi final sangat mencederai Liga TopSkor. Sebenarnya bukan hanya Rauf Junior yang dicurangi, dipertandingan juga Garuda Kabonena sebenarnya dicurangi juga,” kesal Sofyan.

Atas hasil tersebut, dua tim asal Kota Palu, Rauf Junior dan Garuda Kabonena memutuskan untuk tidak tampil lagi di final perebutan posisi 3 dan 4, dan langsung memutuskan meninggalkan Kota Bogor malam ini. (YAMIN)