Bermodal 86 Personel, Basarnas Palu Sudah Lakukan 12 Operasi SAR Selama Tahun 2022

oleh -
Dua personel Basarnas Palu, menurunkan baliho sesaat sebelum dimulainya upacara peringatan HUT ke-50 Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, di halaman Kantor Basarnas Palu, Selasa (01/03). (FOTO: media.alkhairaat.id/Rifay)

PALU – Selama kurun waktu dua bulan di awal tahun 2022 ini, Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu atau Basarnas Palu telah melakukan operasi pencarian dan pertolongan (SAR/Search and Rescue) selama 12 kali.

Operasi yang dilakukan tersebut, di antaranya kecelakaan kapal di Banggai Laut, bencana banjir di Poso, kondisi membahayakan manusia di mana ada nelayan yang hilang di wilayah Buol.

“Dari 12 operasi itu, yang meninggal dunia 3 orang, 1 orang hilang dan sisanya selamat. Jadi lebih banyak selamat,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, Andrias Hendrik Johanes, usai upacara peringatan HUT ke-50 Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, di halaman Kantor Basarnas Palu, Selasa (01/03).

Tahun sebelumnya, kata dia, dari 73 insiden yang ditangani Basarnas Palu, jumlah nyawa yang terselamatkan sebanyak 2770 orang, dinyatakan hilang 12 orang dan 31 orang meninggal.

Handrik mengatakan, sejauh ini yang menjadi kendala dalam operasi SAR (Serach and Rescue) adalah cuaca. Berdasarkan pengalaman selama ini, kata dia, setiap penyelamatan yang dilakukan biasanya karena akibat cuaca buruk.

“Sehingga pada saat kita akan melakukan pencarian, biasanya terpaksa istrahat dulu menunggu cuaca normal kembali. Jadi inilah kondisi yang kita hadapi dengan peralatan kita yang serba terbatas,” katanya.

Selain itu, kata dia, kendala lain adalah keterbatasan jumlah personel sehingga belum bisa memback-up seluruh wilayah yang ada di Sulteng.

“Personel Kantor Pencarian dan Penyelamatan Palu berjumlah 86 orang. Kita sudah tempatkan di empat lokasi sebanyak 40 orang, masing-masing lokasi 10 orang,” katanya.

Yang tersisa saat ini di Palu tinggal 40 orang. Namun, dari 40 personel yang ada, hanya 23 orang yang masuk dalam tim rescue.

“23 orang inilah yang memback-up Kota Palu, Sigi, Donggala dan sebagian Poso. Jadi kita sangat kesulitan tenaga,” ujarnya.

Idealnya, kata dia, setiap kabupaten ada Kantor Pencarian dan Pertolongan. Sejauh ini, katanya, sudah ada permintaan dari kabupaten untuk membuka pos di daerahnya, namun belum bisa dipenuhi karena keterbatasan personel tersebut.

“Dengan keterbatasan personel ini, maka kita membangun sinergitas dengan potensi-potensi SAR yang ada di daerah. Kita sudah melakukan pembinaan-pembinaan kepada potensi-potensi SAR agar ketika ada kejadian di daerahnya masing-masing, maka merekalah yang bisa turun lebih dahulu kemudian kami datang untuk membantu,” jelasnya.

Selanjutnya dari segi fasilitas. Karena kebanyak insiden terjadinya di laut, kata dia, maka yang sangat dibutuhkan adalah kapal. Saat ini, Basarnas Palu memiliki dua kapal, namun salah satunya yang di Watusampu tidak layak lagi dan sedang dalam proses penghapusan aset.

“Mudah-mudahan tahun ini proses penghapusannya sudah disetujui. Setelah itu kita ajukan penggantian untuk back-up di Teluk Palu dan perairan Selat Makassar,” tuturnya.

Saat ini, kata dia, kapal yang beroperasi sekarang ini tinggal satu unit yang memback-up wilayah Banggai, Banggai Kepulauan dan Banggai Laut serta sebagian Ampana.

“Jadi cukup luas wilayah operasinya. Kalau sudah masuk ke Teluk Tomini, ini yang agak repot. Seperti kejadian beberapa waktu lalu, kami terpaksa meminta bantuan kepada Basarnas Sulawesi Utara,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, saat ini kondisi paling rawan di Sulawesi Tengah yang perlu diwaspadai adalah intensitas hujan yang tinggi, sebagaimana  koordinasi dengan BMKG.

Menurutnya, intensitas hujan yang tinggi itu bisa mengakibatkan banjir dan longsor, sehingga perlu diantisipasi oleh semua pihak untuk meminimalisir keadaan apabila terjadi bencana.

“Kadang kita juga sedikit mengabaikan peringatan dini yang disampaikan oleh institusi terkait. Di mana saat ini cuaca tiba-tiba berubah ekstrem sehingga harus membatasi pergerakan untuk beraktivitas di laut karena itu juga merupakan ancaman. Kami mengimbau kepada masyarakat pesisir yang beraktivitas di laut agar berhati-hati,” tutupnya.

Selama periode tahun 2021, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan secara nasional telah melaksanakan 2.264 operasi SAR, terdiri dari 4 operasi SAR terhadap kecelakaan pesawat udara, 811 operasi SAR terhadap kecelakaan kapal, 164 operasi SAR terhadap bencana alam, 1243 terhadap kondisi membahayakan manusia dan 42 operasi SAR terhadap kecelakaan dengan penanganan khusus.

Hingga saat ini, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan telah memperoleh penghargaan, baik secara nasional maupun internasional dalam penyelenggaraan operasi SAR.

Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan juga telah memiliki kualifikasi INSARAG Usar Team Medium Level bernama Tim INASAR. (RIFAY)