Basarnas Butuh Kapal dan Robot Pendeteksi Korban di Reruntuhan

oleh -
Dua Rescuer Basarnas Palu, Ali Fajar Sadik (kiri) dan sarikandi Basarnas Palu, Hamidah Dwi Ningtyas (kanan) melakukan teknik lowering system saat akan membentangkan spanduk HUT ke-51 Basarnas, di halaman Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, Selasa (28/02). (FOTO: media.alkhairaat.id/Rifay)

PALU – Sarana dan prasarana pendukung kegiatan SAR yang dimiliki Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu atau Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Palu, dinilai belum memadai dalam mendukung tugas-tugasnya.

Di Sulteng sendiri sebagai wilayah operasi SAR Basarnas Palu, ada beberapa peralatan penting yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi yang mengancam keselamatan, seperti gempa bumi, tsunami dan likuifaksi.

“Jadi peralatan-peralatan terkait inilah yang perlu diusahakan untuk mendukung kegiatan operasi ketika terjadi bencana alam tersebut,” kata Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palu, Andrias Hendrik Johanes, diwawancara usai upacara upacara peringatan HUT ke-51 Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (BNPP) atau Basarnas, Selasa (28/02).

Menurut Andrias, salah satu alat yang dibutuhkan adalah deteksi korban yang tertimbun reruntuhan.

“Ini yang kami belum punya. Saat ini yang memiliki alat seperti itu adalah Jepang dan Amerika, namanya Snake Robot. Presiden saat rakornis sudah menyampaikan bahwa alat itu harus dimiliki oleh Basarnas,” kata Andrias.

Namun, kata dia, untuk pengadaan alat itu sendiri tergantung dengan kemampuan keuangan negara, mengingat harganya yang sangat mahal.

Selain itu, kata dia, Basarnas Palu juga masih membutuhkan armada kapal sendiri. Saat ini, Basarnas Palu baru memiliki satu unit kapal yang ditempatkan di Luwuk Kabupaten Banggai dan satu kapal RBB (Rigid Bouyant Boats) yang ditempatkan di Banggai Laut.

“Basarnas Palu sangat membutuhkan kapal. Kita sudah mengusulkan pengadaannya, semoga bisa direalisasikan tahun ini. Kapal nantinya akan ditempatkan di Teluk Palu menggantikan kapal kami yang rusak akibat tsunami. Sekarang ini kapal yang rusak itu sedang dalam proses penghapusan aset oleh Kemenkeu,” ujarnya.

Menurutnya, pengadaan kapal Basarnas untuk wilayah Sulteng sangat penting, salah satunya untuk mengantisipasi jalur Selat Makassar dari utara ke selatan sebagai jalur pelayaran internasional

Selain peralatan, Basarnas Palu juga membutuhkan personel. Saat ini, kata Andrias, personel yang ada di Basarnas Palu baru sebanyak 86 orang. Itupun terbagi di enam lokasi, termasuk Palu.

“Setiap lokasi adai 5 sampai 8 personel. Kalau idealnya kita di Sulteng kemungkinan sekitar 500 personel,” tuturnya.

Untuk operasi SAR tahun 2023 ini, lanjut dia, Basarnas Palu telah menangani 13 insiden, yaitu kondisi membahayakan manusia dengan kecelakaan kapal dengan jumlah jiwa yang diselamatkan sebanyak 200 lebih dan hilang sekitar 7 orang.

“Untuk 2022 insiden sebanyak 67 kasus, dengan 1000 lebih jiwa diselamatkan, meninggal sekitar 300 orang dan yang tidak dapat ditemukan atau hilang sekitar 100 lebih jiwa,” tandasnya. (RIFAY)