PALU – Indonesia adalah rumah besar, dan kamar-kamarnya itu yakni semua agama. Artinya apa yang terjadi di kamar adalah urusan masing-masing pemeluk agama. Tetapi saat keluar dari kamar masing-masing, kita tetap bersama-sama di dalam rumah besar Indonesia.
Hal itu disampaikan Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sulteng, H. Zainal Abidin, dalam program muhibbah kerukunan di Gereja Bethel Indonesia (GBI) Kota Palu, Selasa (30/03).
“ada di kamar samping kristen, kamar sampingnya katolik, kamar-kamar belakang sedikit islam, kamar sini ada Konghucu” ujar H. Zainal Abidin.
Zainal menjelaskan, olehnya setiap pemeluk agama harus memahami ajaran agamanya.
Menurut dia, tidak boleh menilai agama orang lain dengan cara pandang agama yang kita anut. Misalkan, jangan melihat Kristen melalui Alquran, sebab itu pasti akan berbeda.
“Lihatlah Kristen itu didasarkan pada kitab injilnya pasti akan cocok,” katanya.
Ketua Majelis Uiama Indonesia (MUI) Kota Palu ini menjelaskan, bahwa apa yang dilakukan oknum pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, tidak ada hubungannya dengan agama. Karena tidak ada satu pun agama membolehkan seseorang menghilangkan nyawa orang yang tidak berdosa.
“Tidak ada hak kita, karna itu hak Tuhan untuk menghilangkan nyawa sesorang” tambahnya.
Sementara itu pemuka agama kristen, Frits S. A. Kandori, dalam sesi dialog mengharapkan, FKUB ini menjadi motor penggerak dalam mewujudkan kedamaian antar umat beragama.
Ia juga berharap, peran anak-anak untuk inovasi dalam menyebarkan pesan-pesan perdamaian dari para pemuka agama.
“Agar pesan-pesan dari FKUB, dan tokoh-tokoh agama yang mendamaikan ini, selalu tersampaikan kepada akar rumput,” pungkasnya.
Rep: NANANG IP
Ed: NANANG