PALU- Prof. Dr. AG. Quraish Shihab mengatakan, meski sudah banyak yang memberikan testimoni tentang Almaqfurlah Habib Saggaf Aljufri, itu semua belum untuk menggambarkan sosok Habib Saggaf. Mulai dari kepribadiannya, tawadhunya yang luar biasa, sikap lahir bathin, perjuangan, ketegasan, ketekunan, candaannya dan masih banyak yang lain.
“Karena saya diminta menyampaikan testimoni, maka banyak sekali yang bisa saya sampaikan, karena saya lama bersama beliau di Mesir. Bahkan sangat akrab. Keakraban itu kami lanjutkan di Indonesia. Berbicara Habib Saggaf, kita bicara ilmu beliau. Belum lagi kepribadian dan tawadhunya yang luar biasa,”kata Prof Quraish Shihab saat memberikan testimoni via zoom di tahlil malam ke tujuh, Selasa malam (10/8).
Pada kesempatan itu, sahabat akrab Habibana ini menceritakan sekaligus mengakui kedalaman ilmu yang dimiliki Habib Saggaf, khususnya ilmu tata bahasa Arab.
“Saya ingin bercerita begini. Suatu waktu, saat saya bertugas di Makassar, almarhum datang berkunjung, lazimnya seorang sahabat karib, di samping canda, kita berbicara tentang ilmu. Almarhum berkata pada saya, ‘Nama institut yang ente pimpin ini dalam bahasa Arab itu salah’. Saya kaget! ‘Kenapa ustadz?’ begitu saya panggil beliau,” kata Prof. Quraish
Pakar Tafsir Alquran ini melanjutkan, Habib Saggaf menilai tulisan “Aljamiah Al Islamiyyah Al Hukumiyah Alauddin” itu salah. Habib Saggaf meluruskan kekeliruan itu sekaligus memberikan penjelasannya, bahwa penyebutan yang benar sesuai kaidah bahasa Arab adalah “Jamiyat Alauddin Al Islamiyah Al Hukumiyah”. Menurut Habib Saggaf, adjektif adalah kata sifat, jika disandingkan pada sesuatu, maka sesuatunya itu yang disebutkan terlebih dahulu baru sifatnya.
“Spontan saya kaget, baru tersadar. Saya langsung sampaikan hal ini pada teman-teman untuk diubah. Ustadz Saggaf bilang, itu salah, itu bahasa Indonesianya, bukan begitu penyebutannya dalam bahasa Arab. Saya bilang, betul ustadz,” imbuhnya.
Ketajaman dan Kedalaman ilmu pengetahuan yang dimiliki Habib Saggaf secara tidak langsung mengajarkan pada dirinya dan orang lain, bahwa ketika berbahasa Arab, menerjemahkan sesuatu tidak menerjamahkannya dengan tata bahasa Indonesia. Tetapi, menerjemahkannya dengan tata bahasa yang digunakan menerjamah.
“Hal ini selalu saya sampaikan pada teman-teman di seluruh Indonesia, agar jangan lagi menerjemahkan sesuatu yang berbeda dengan tata bahasa Arab. Itu ilmunya ustadz Saggaf,” tutupnya.
Reporter: IWAN LAKI