SIGI – Kebutuhan disabilitas dan lansia, seharusnya mendapat tempat yang sama, serta pelibatan dalam respon bencana. Hal tersebut juga sangat jelas dalam regulasi kebencanaan bahwa disabilitas maupun lansia diperlakukan sama bahkan khusus, karena mereka memiliki keterhambatan.
Persoalan itu diperdalam pada hari ketiga Pelatihan peningkatan kapasitas Respon Kemanusiaan yang Inklusif, oleh Partners for inclusion Localising Inclusive Humanitarian Response (PIONEER) di salah satu tempat Kota Palu, Rabu (03/02).
“Aturan kebencanaan yang dikhususkan bagi disabilitas dan lansia cukup jelas. Namun terkadang pelaksanaannya di lapangan belum terlaksana dengan baik,” kata Desy salah satu lembaga yang ikut dalam kegiatan yang dibukan Sekretaris Kabupaten Sigi Moh. Basir itu.
Dia mencontohkan, dalam pasca bencana pembangunan hunian tetap (Huntap) bagi warga disabiltas, sangat jarang melibatkan penyintas disabilitas. Sehingga menjadi kendala bagi mereka untuk mengakses apa yang ada di dalam rumahnya sendiri.
“MCK yang ada di Huntap saat ini apakah sudah sesuai dengan keinginan saudara kita yang disabilitas? Tentunya tidak, dan pasti akan sulit untuk menuju MCK,” ujarnya.
Kegiatan yang dibuka Seskab Sigi Moh Basir di hari pertama itu,
PIONER mengambil Kabupaten Sigi sebagai sampel, yang nantinya sebagai rujukan bagi wilayah-wilayah rawan bencana yang ada di Indonesia.
Kegiatan yang di selenggarakan oleh Humanitarian Forum Indonesia (HFI), bersama forum dari 18 lembaga yang berbasis agama di Indonesia. Melibatkan langsung pesertanya dari disabilitas (tuna rungu, wicara dan tuna netra) serta Lansia)l. Dan juga diikuti Dinas Sosial Kabupaten Sigi, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sigi, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Sigi. Juga Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Sigii, Dinas Pengendalian dan Keluarga Berencana DP2KB Kabupaten Sigi, Dinas Kesehatan serta dari luar pemerintah Kabupaten Sigi antara lain Disaster Management Center Domper Dhuafa, Pokja Opdis Sulteng, dan LKSLU Pelita Hati.
“Perlu ada dorongan dan respon semua pihak bahwa, disabilitas dan lansia dalam kebencanaan harus mendapat perhatian sama. Dan ini juga perlu ada ketegasan l, sehingga setiap perencaan sampai kegiatan yang dilaksanakan harus mempertimbangkan kondisi Lansia dan disabilitas,” ungkap Erwin Pakewai peserta dari LKS Lansia Pelita Hati Sigi.
Reporter: Hady/Editor: Nanang