SIGI – Art therapy merupakan salah satu kegiatan yang paling diminati penerima manfaat yang mengikuti program Atensi berbasis residensial dari Kementerian Sosial RI melalui Balai Disabilitas “Nipotowe” di Palu.

Art therapy tidak hanya sekedar menuangkan perasaan yang dimiliki melalui seni, tetapi juga membantu seseorang mengeksplorasi diri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi.

“Saya menggambar bumi,” kata Asbar menjelaskan gambarnya.

Ketika ditanya mengapa menggambar bumi ? “Karena bumi sedang covid 19, jadi pakai masker”, Jelas Asbar.

Melalui gambarnya, Asbar berharap semua orang menggunakan masker, agar terhindar dari penyakit covid 19.

“Kalau saya menggambar surga,” kata Fitriani yang disambut tawa dari teman-temannya.

Pekerja sosial pun menanyakan apa yang membuat Fitriani menggambar surga. Ia menjawab “datangnya dari hati”. Jawabannya yang tulus membuat teman-temannya dan pekerja sosial menjadi terharu.

Bagi disabilitas intelektual, kegiatan art therapy seperti menggambar juga dapat menjadi usaha dalam meningkatkan kemandirian dan memperbaiki perekonomian keluarga.

“Selain melatih motorik dan kognitif disabilitas intelektual, art therapy juga dapat dikembangkan ke arah pemberdayaan,” ungkap Syaiful Samad.

Ia menyampaikan, hasil karya disabilitas intelektual dapat diaplikasikan ke berbagai media seperti totebag, tumbler, baju dan sebagainya, sehingga masyarakat bisa menghargai bahwa mereka dapat berdaya.

Menurutnya, keterbatasan kecerdasan disabilitas intelektual mengakibatkan banyak dari mereka yang rata-rata tidak mampu melanjutkan sekolah. Akibatnya mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan dan rentan terjerat dalam lingkaran kemiskinan.

Oleh karena itu, Kementerian Sosial RI melalui Balai Disabilitas “Nipotowe” di Palu membantu memfasilitasi agar hasil karya disabilitas intelektual melalui art therapy, menjadi nilai seni yang bernilai jual.

“Melalui hasil karya disabilitas intelektual, masyarakat dapat teredukasi untuk memahami apa itu disabilitas intelektual, sehingga masyarakat dapat menyadari, menghargai dan menerima keterbatasan yang mereka miliki,” kata Syaiful. ***