PALU- Di hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 75 tahun ini, diharapkan dunia pendidikan semakin maju. Sehingga dapat berdaya saing lebih baik kedepannya dan melahirkan insan-insan cendikia, nasionalis, agamais dan religius.
Tentunya pendidikan tidak hanya pada sekolah/Perguruan Tinggi Negeri, tapi sekolah/Perguruan Tinggi Swasta harus mendapat hak dan akses perhatian sama oleh pemerintah. Dengan memberikan kesempatan sekolah-sekolah swasta, fasilitas memadai yang disupport oleh negara.
“Majunya dunia pendidikan tidak hanya terletak tumbuh dan berkembangnya perguruan perguruan tinggi negeri dan sekolah-sekolah negeri. Tapi juga tumbuh dan berkembangnya serta semakin kompetitif perguruan tinggi swasta dan sekolah-sekolah dikelola masyarakat/yayasan,” kata Akademisi Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu, Idrus Aljufri kepada MAL Online, Kamis (13/8).
Dia mengaakan, dunia pendidikan tidak hanya dilihat dari aspek negeri, tapi menyeluruh. Bahkan sekolah-sekolah swasta ada di pelosok, yang kelola masyarakat atau yayasan telah lebih dulu hadir. Artinya, masyarakat di pelosok itu, mempunyai andil sangat besar untuk memerdekakan warganya dari belenggu kebodohan.
“Itu ada sebelum ada sekolah-sekolah Negeri,” katanya.
Dia menyebutkan, bahwa rasa nasionalisme masyarakat yang menumbuhkembangkan pendidikan di pelosok telah tumbuh lebih dulu dari pemerintah, dengan hadirnya sekolah-sekolah swasta. Maka momentum kemerdekaan ini, pemerintah harus memperhatikan dunia pendidikan swasta, meskipun pemerintah sudah men-support dengan memberikan sertifikasi pada guru-guru yang mengajar di swasta.
” Tapi untuk mengejar mutu itu bukan hanya dari sumber daya manusia (SDM) nya. Swasta juga membutuhkan perbaikan-perbaikan infrastruktur. Sebagai landasan menciptakan pemutuan yang bagus dalam proses pendidikan,” ujar alumni Universitas Tadulako ini.
Apalagi kata dia, kalau berbicara tentang sekolah-sekolah Alkhairaat, tidak hanya membangun keilmuan tapi juga membangun akhlakul karimah.
Dia mengatakan, bila merefleksi kembali 75 tahun merdeka, di mana saat ini moralitas kehidupan kebangsaan kita justeru meningkatnya kriminalitas dan korupsi.
“Tentunya pemerintah sudah harus memandang bahwa sekolah yang mengedepankan nilai-nilai karakter dan nilai-nilai akhlakul karimah adalah sekolah-sekolah yang melahirkan insan-insan paripurna, bukan hanya berilmu tapi juga berakhlak baik. Medianya adalah sekolah-sekolah agama, ” ujar pasca Sarjana (S2) Universitas Malang ini.
Dia berharap, perhatian pemerintah pada aspek ini dibutuhkan, untuk membangun kehidupan kebangsaan yang berkarakter cinta tanah air dan mempunyai nilai-nilai moralitas.
Sebagaimana menurutnya, harapan founding father kita di zaman dulu, Indonesia memiliki spesifikasi sendiri, bahwa bangsa Indonesia bermoral dan beradab.
“Tentunya sekolah-sekolah di bawah naungan yayasan keagamaan memiliki peran penting, membangun nasionalisme dan karakter kepribadian yang baik itu sesuatu yang terdeupan. Sebab fokus sekolah agama itu kecenderungan, membangun akhlakul karimah, sesuatu yang utama,” sebutnya.
Sehingga menurutnya lagi, manusia yang lahir mengisi kemerdekaan nanti, betul-betul insan-insan nasionalis, agamais, religius dan berilmu pengetahuan. Inilah dibutuhkan bangsa di masa mendatang, di tengah kehidupan kebangsaan mengalami degradasi moral dan degradasi dalam kehidupan sosial.
Terkait dengan alokasi anggaran Pemerintah untuk pendidikan sebesar Rp505,8 triliun dalam Rancangan APBN 2020 dapat direalisasikan dengan maksimal. Sebab respon 20 persen anggaran tersebut, bila kita memperhatikan daerah-daerah masih belum terimplementasikan dengan baik.
Dia berharap, anggaran tersebut sampai di APBD, bukan hanya di APBN. Kalaupun terealisasi secara nasional, sebarannya tidak hanya berpusat dan besar pada sekolah sekolah/perguruan Tinggi negeri, tetapi juga sebarannya menyeluruh/menyentuh pada sekolah/perguruan tinggi swasta.
“Kemerdekaan dalam arti menyeluruh menyentuh serta menjangkau sekolah-sekolah ada di pelosok dan sekolah swasta yang mengalami keterbatasan,” pungkasnya.
Reporter: Ikram
Editor: Nanang