Oleh: Mohamad Rivani, S.IP, MM
Hari jumat 13 Mei 2022 saya berkesempatan mengikuti rapat Tim Pengandali Inflasi Daerah (TPID) Kota Palu Bersama Kepala BPS Kota Palu, GA Nasser, SE, MM, diruang rapat Asisten II Pemerintah Kota Palu yang khusus membidangi bidang perekonomian. Rapat TPID tersebut di pimpin langsung oleh Asisten II dengan bahasan utama tentang inflasi kota Palu di bulan April 2022 yang menyentuh angka 1,42 persen.
Sebelum rapat, Asisten II menceritakan bahwa beliau di hubungi langsung oleh Walikota Palu yang sedang berada di Arab Saudi dalam rangka Umroh, untuk mengundang stake holder terkait utamanya BPS Kota Palu, karena Walikota mendengar bahwa Inflasi Kota Palu menjadi yang tertinggi se Indonesia, hehehe, saya dan Kepala BPS Kota Palu tertawa geli mendengar hal yang menurut kami tidaklah tepat.
Guna meredam kegelisahan pak Walikota dan jajarannya, maka ketika Rapat TPID dimulai, Kepala BPS Kota Palu membeberkan secara detail mengapa kota palu mengalami inflasi dan apa penyebabnya. Menurut BPS, 3 kelompok pengeluaran yang mempunyai andil paling besar terhadap Inflasi Kota Palu pada bulan April 2022. Kelompok pengeluaran tersebut terdiri dari makanan, minuman dan tembakau, yang mengalami kenaikan sebesar 4,16 persen kemudian, transportasi sebesar 1,98 persen, dan Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga sebesar 0,26 persen.
Jika di breakdown lagi, terdapat sepuluh komoditas utama yang menyebabkan inflasi pada bulan April 2022 di Kota Palu yang umumnya terjadi di seluruh Indonesia apabila menjelang hari raya. Sepuluh komoditas tersebut adalah, pertama, Minyak goreng yang mempunyai andil sebesar 0,47 persen, kedua, ikan selar/ikan tude sebesar 0,32 persen, ketiga, angkutan udara sebesar 0,23 persen, keempat, ikan cakalang/ikan sisik sebesar 0,10 persen, kelima, bahan bakar rumah tangga sebesar 0,03 persen, keenam, cumi-cumi sebesar 0,03 persen, ketujuh, parfum sebesar 0,03 persen, kedelapan, kangkung sebesar 0,03 persen, kesembilan, pepaya sebesar 0,02 persen dan kesepuluh, wortel sebesar 0,02 persen. Inflasi Kota palu secara tahun ke tahun berada di angka 4,61 persen
Secara umum kenaikan inflasi Kota Palu tidak terlepas dari beberapa kebijakan pemerintah pusat yang diantaranya adalah akibat adanya pelonggaran mobilitas masyarakat ditahun 2022 ini, kemudian kenaikan tarif dasar listrik (TDL), kenaikan harga pertamax, kenaikan harga gas elpiji diatas 5 Kg, kelangkaan minyak goreng di pasaran, dan terakhir karena adanya kenaikan PPN yang semula 10 persen menjadi 11 persen.
Jika dibandingkan dengan angka inflasi nasional yang berada di angka 0,95 persen pada bulan april 2022 maka angka inflasi kota palu lebih tinggi dan berpotensi melebihi ambang batas yang ditetapkan oleh BI yaitu plus minus 3 persen. Mengapa demikian? Karena angka inflasi Kota Palu secara tahun ke tahun telah diatas yang disyaratkan oleh BI yaitu plus minus 3 persen sedangkan angka nasional secara tahun ke tahun itu masih didalam ambang batas yang disyaratkan oleh BI yaitu sebesar 3,47 persen. Namun begitu, jika pemerintah pusat tidak dapat mengendalikan inflasi nasional maka akan melebihi ambang batas yang disyaratkan oleh BI dan dapat berimplikasi terhadap melemahnya daya beli masyarakat Indonesia termasuk di Kota Palu.
Kita tahu bahwa inflasi secara nasional selain faktor domestik, juga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal. Saat ini, salah satu faktor eksternal itu adalah imbas dari peperangan antara Rusia dan Ukraina yang sampai hari ini belum juga usai bahkan semakin menjadi-jadi, karena keterlibatan Uni Eropa dan Amerika yang mendukung persenjataan Ukraina. Secara global, indonesia masih bisa dikatakan survive dibanding negara lain, utamanya eropa dan amerika. Pada bulan april 2022 benua biru Eropa mengalami inflasi diatas 7 persen, dan amerika 8,3, bahkan khusus Yunani yang juga bagian dari Uni Eropa mengalami inflasi sebesar 10,2 persen yang merupakan rekor tertingg sepanjang 28 tahun terakhir.
Hal ini disebabkan pasokan energi rusia yang mencapai 40 persen ke eropa tidak tersalurkan secara baik, karena rusia mensyaratkan pembayaran gas mereka dengan mata uang negaranya yaitu rubel, kasus ini memicu ketegangan dan kelangkaan yang berakibat gagapnya Uni Eropa merespon hal tersebut sehingga mengakibatkan inflasi terus meroket. Saat ini Uni Eropa tengah dibuat frustasi karena semakin hari harga barang/jasa semakin naik, hal ini disebabkan oleh biaya produksi yang tinggi sementara gas yang menjadi menjadi bahan bakar utama sangat sulit dan langka untuk didapatkan.
Kembali ke persoalan inflasi kota palu, saya melihat respon Pemerintah Kota Palu sangat baik karena begitu adanya isu mengenai inflasi kota palu yang tertinggi secara nasional, maka pak Walikota langsung merespon dengan menggelar rapat TPID yang dipimpin oleh Asisten II Pemkot. Cuman mungkin perlu saya koreksi, bahwa pak Walikota mungkin keliru, karena kota palu mengalami inflasi tertinggi se sulawesi tengah diatas luwuk yang memang menjadi salah satu kota inflasi yang di pantau dan di hitung oleh BPS angkanya setiap bulan, bukan tertinggi se indonesia, heheheā¦
Semoga kepedulian/respon cepat pemkot palu ini terus terjaga, sehingga jika terjadi kenaikan harga yang memicu inflasi dapat segera ditangani dengan baik oleh pemkot palu, apakah itu dengan menggelar operasi pasar dalam rangka memantau dan menstabilkan harga, ataupun dengan cara menggelar pasar murah untuk memenuhi kebutuhan sebagian masyarakat kota Palu, seperti yang dilakukan baru-baru ini dalam mengantisipasi kenaikan harga minyak goreng yang cukup membuat masyarakat kota palu, utamanya ibu-ibu menjadi resah dan gelisah.
***Penulis adalah Pegawai BPS Kota Palu dan Pemerhati Masalah Sosial dan Ekonomi Sulawesi Tengah