PALU – Para penceramah penting dalam menyampaikan pesannya tidak menyakiti tetapi mengobati jeamaahnya. Tidak menjadi lawan, tetapi menjadi kawan bagi jamaahnya. Hal itu disampaikan, Ketua Pengurus Wilayah Nahdalatul Ulama (PWNU) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng), KH. Lukman S. Thahir, kegiatan penguatan khatib yang dilaksanakan Mabes Polri bekerjasama dengan MUI Pusat dan Kementerian Agama, Senin, (14/3) pagi di salahsatu hotel di Kota Palu.
“Seorang khatib dalam menyampaikan ceramahnya, jangan pernah menyampaikan sebelum kita tabayun,” kata KH. Lukman S. Thahir.
Lukman lalu mengutip pesan terakhir Nabi Muhammad shalallah ‘alaihi wasalam dalam haji wadah. Nabi meminta umatnya agar jangan terjadi konflik, menyakiti dan jangan terjadi perang. Pesan kemanusiaan tersebut sangat luar biasa bagi umatnya.
Akademisi UIN Datokarama Palu itu menjelaskan, saat ini fenomena khatib menjadi lawan bagi jama’ah banyak dijumpai. Dan itu menurutnya menyalahi pesan kenabian. Sehingga ia mengajak para penceramah saat mesti intropeksi diri.
“Artinya seorang khatib ketika melihat ini tidak boleh berdiam diri. Harus ada counter narasi. Maka tanggung jawab melihat fenomena sosial itu, di mana kebohongan itu menyamar sebagai kebenaran,” tegasnya.
Lebih jauh ia mengatakan, saat ini era di mana sulit membedakan antara kebohongan dan kebenaran. Ditambah lagi saat ini bukan lagi perang fisik melainkan perang media. Emosi netizen sangat mudah tersulut. Kebohongan kata dia, akan menjadi suatu kebenaran jika itu terus menerus diproduksi.
“Satu kebobongan yang diproduksi secara terus menerus itu akan mejadi suatu kebenaran,” pungkasnya.
Reporter: Nanang IP
Editor: Nanang RL