Oleh: Mohamad Fadlian Syah

Tujuan pembangunan sejatinya adalah untuk mensejahterakan rakyat agar tercipta kebahagiaan bagi rakyatnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kebahagiaan adalah kesenangan dan ketentraman hidup lahir dan bathin. Veenhoven (1988) menyatakan bahwa kebahagiaan sebagai sebuah konsep yang berupa hasil evaluasi kehidupan yang menggambarkan kondisi Good Life dan Meaningful Life. Kebahagiaan tidak berbeda dengan life satisfaction, dimana kebahagiaan dapat didefinisikan sebagai over all appreciation of one’s life as a whole.

Sejak tahun 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan penghitungan Indeks Kebahagiaan. Nilai ini diperoleh dari kegiatan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) yang dilakukan setiap tiga tahun sekali. Tujuan dari kegiatan SPTK yaitu untuk mendapatkan informasi rinci tentang tingkat kebahagiaan yang diukur dengan berbagai variabel objektif dan subjektif yang relevan. Pada tahun 2021, SPTK dilakukan pada tanggal 1 Juli sampai dengan 27 Agustus 2021 dengan sampel rumah tangga secara nasional sebanyak 75.000 rumah tangga yang tersebar di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota, estimasi yang dihasilkan dari kegiatan SPTK ini adalah level nasional dan provinsi. Kita ketahui bersama bahwa pada rentang bulan Juli sampai dengan Agustus 2021 pandemi covid19 masih berlangsung, kendati demikian kegiatan SPTK dapat berjalan dengan baik, hal ini berkat kerja keras para petugas di lapangan serta dukungan dari masyarakat dan pemerintah. Perlu diketahui bahwa semua kegiatan sensus/survei yang dilakukan oleh BPS selalu menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Selain itu, untuk kegiatan SPTK tahun 2021 telah menggunakan moda Computer Assisted Personal Interviewing (CAPI), sehingga kontak fisik dengan responden dapat dikurangi.

Indeks Kebahagiaan tahun 2021 yang dihasilkan terdiri dari tiga dimensi yaitu dimensi kepuasan hidup, dimensi perasaan dan dimensi makna hidup. Untuk dimensi kepuasan hidup terdiri dari dua subdimensi yaitu kepuasan hidup personal dan kepuasan hidup sosial. Ketiga dimensi tersebut mengacu kepada Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), sehingga nilai yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Berdasarkan hasil SPTK tahun 2021, Indeks Kebahagiaan secara nasional sebesar 71,49, nilai ini meningkat 0,80 poin dibandingkan dengan nilai Indeks Kebahagiaan tahun 2017. Untuk rangking tiga besar, maka Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi yang paling bahagia, diikuti dengan Provinsi Kalimantan Utara dan Provinsi Maluku dengan nilai Indeks Kebahagiaan secara berturut-turut yaitu 76,34; 76,33 dan 76,28. Sedangkan provinsi yang paling rendah nilai Indeks Kebahagiaannya yaitu Provinsi Banten dengan nilai 68,08. Terdapat 23 provinsi yang mempunyai nilai Indeks Kebahagiaan diatas angka nasional, sedangkan ada 11 provinsi yang nilai Indeks Kebahagiaannya dibawah angka nasional.

Bagaimana dengan Provinsi Sulawesi Tengah? Provinsi Sulawesi Tengah berada dalam 10 provinsi yang mempunyai nilai Indeks Kebahagiaan tertinggi, tepatnya di rangking sembilan. Nilai Indeks Kebahagiaan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2021 sebesar 74,46, nilai ini meningkat sebesar 2,54 poin dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya sebesar 71,92. Jika dilihat menurut dimensi penyusunnya, maka ada dua dimensi yang nilainya diatas 70 yaitu indeks dimensi kepuasan hidup dan indeks dimensi makna hidup dengan nilai 78,57 dan 77,30. Sedangkan untuk indeks dimensi perasaan berada pada nilai 66,77.

Penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan mempunyai nilai Indeks Kebahagiaan yang lebih tinggi 3,88 poin dibanding penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan. Dimana untuk wilayah perkotaan nilainya sebesar 77,14 sedangkan wilayah perdesaan sebesar 73,25. Hal ini dapat dikatakan bahwa secara umum penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan lebih bahagia dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan. Jika dilihat dimensinya maka nilai di setiap dimensi untuk wilayah perkotaan lebih besar dari wilayah perdesaan. Namun tidak sebaliknya jika dilihat dari nilai subdimensi, ternyata nilai subdimensi indeks kepuasan hidup sosial di wilayah perkotaan lebih kecil 0,75 poin dibandingkan wilayah perdesaan. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk yang tinggal di wilayah perdesaan mempunyai keharmonisan keluarga yang lebih baik, waktu luang yang lebih banyak, hubungan sosial yang lebih baik, keadaan lingkungan yang lebih asri dan kondisi keamanan yang lebih terjamin dari wilayah perkotaan.

Kemudian jika dilihat menurut jenis kelamin, ternyata di Sulawesi Tengah pada tahun 2021 perempuan lebih bahagia daripada laki-laki. Hal ini terlihat dari nilai Indeks Kebahagiaan laki-laki lebih rendah 0,56 poin dibandingkan dengan Indeks Kebahagiaan perempuan yang mempunyai nilai 74,77 poin. Hal ini terjadi karena hampir semua nilai dimensi di Indeks Kebahagiaan perempuan lebih besar daripada laki-laki, kecuali nilai dimensi indeks makna hidup laki-laki sebesar 78,07 poin, nilai ini lebih besar 1,70 poin dibandingkan dengan nilai dimensi indeks makna hidup perempuan.

Status perkawinan juga mempengaruhi kebahagiaan, ini terlihat dari nilai Indeks Kebahagiaan tahun 2021 untuk penduduk Sulawesi Tengah yang berstatus kawin sebesar 74,93 poin, nilai ini lebih besar dari penduduk yang berstatus belum kawin, cerai hidup dan cerai mati. Nilai yang paling rendah yaitu penduduk yang berstatus belum kawin, nilainya lebih rendah 4,55 poin dari nilai indeks penduduk yang berstatus kawin. Hal ini bisa dimaklumi, biasanya orang yang sudah menikah, hidupnya menjadi lebih teratur, lebih tenang, lebih semangat dalam bekerja serta ada tempat berkeluh kesah setiap saat dibandingkan dengan orang yang belum menikah.

Selain itu, banyaknya anggota rumah tangga (ART) juga berdampak terhadap kebahagiaan seseorang, Indeks Kebahagiaan tahun 2021 di Sulawesi Tengah dengan banyaknya ART sebesar empat orang mempunyai nilai yang paling besar yaitu 75,42 dibandingkan dengan banyaknya ART satu sampai tiga orang dan juga masih lebih tinggi dibandingkan dengan banyaknya ART lima orang atau lebih. Hal ini sejalan dengan program KB pemerintah yang menyatakan dua anak cukup, sehingga empat orang sebagai ART (ayah, ibu dan dua anak) dapat dijadikan sebagai tolok ukur kebahagiaan.

Pandemi covid19 menyebabkan beberapa perubahan diantaranya perubahan cara bekerja dari WFO ke WFH, sehingga menyebabkan peningkatan kegiatan berkumpul dengan keluarga. Selain itu, waktu luang yang meningkat dihabiskan dengan keluarga, sehingga komunikasi dengan keluarga jadi lebih intens. Akhirnya, dapat dikatakan bahwa sejatinya kebahagiaan merupakan sebuah pilihan, tidak semata-mata hanya diukur dengan banyaknya harta yang kita miliki, namun lebih kepada bagaimana kita bersyukur terhadap segala sesuatu yang kita miliki atas karunia-Nya dengan tetap selalu diiringi ikhtiar yang maksimal dan doa yang istiqomah.

*ASN BPS Provinsi Sulawesi Tengah