OLEH: Rudi
Pasangan Rusdi Mastura dan Ma’mun Amir telah resmi terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur pada Pilkada serentak 9 Desember 2020 lalu.
Tinggal selangkah lagi, pasangan ini seutuhnya akan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng periode selanjutnya, tinggal menunggu hari pelantikan.
Sebelum mereka terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur pada 9 Desember 2020 lalu, pasangan ini sudah memiliki trik jitu tersendiri untuk menarik perhatian masyarakat Sulteng.
Sebelum kampanye dimulai, telah dibuat sebuah program unggulan yang dinamai Kartu Sulteng Sejahtera (KSS) dan kemudian di bagikan kepada masyarakat guna untuk mendapatkan pendukung sebanyak-banyaknya.
Alhasil, upaya yang dilakukan berbuah manis. Banyak masyarakat Sulteng mendukungnya, salah satunya karena pengaruh kartu tersebut yang dianggap sangat berguna untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Siapa sih hidupnya yang ingin menderita, pastilah semua orang ingin hidupnya bahagia.
Dari beberapa sumber yang penulis peroleh, Kartu Sulteng Sejahtera (KSS) ini, hanya dibagikan kepada pendukung pasangan Rusdi Mastura dan Ma’mun Amir saja.
Tapi kita tentu patut bertanya, konsep sejahtera seperti apa yang ingin diterapkan. Bukannya hal ini justru memicu kecurangan bahkan penyalagunaan bantuan sosial.
Kenapa tidak, kelompok pendukung pasangan Rusdi-Ma’mun tidak hanya berasal dari masyarakat ekonomi lemah, juga ada kelompok masyarakat menengah ke atas.
Masalah ekonomi dari pendukungnya yang berstatus ekonomi lemah mungkin bisa teratasi satu persatu. Tapi bagaimana dengan mereka yang berada di strata ekonomi menengah ke atas, apakah akan dibuat lebih kaya lagi?
Belum lagi, pembagian Kartu Sulteng Sejahtera yang tidak merata, di mana mereka yang tergolong “orang mampu”, karena merupakan kerabat dekat dari si pembagi kartu bantuan ini juga mendapat bagian. Sementara masyarakat ekonomi lemah yang tidak memiliki kerabat dari pembagi kartu justru tidak dapat bagian.
Lalu bagaimana lagi dengan masyarakat yang bukan merupakan kelompok pemilihnya, apakah bisa ikut merasakan manfaat dari kartu bantuan itu atau tidak.
Apakah ini yang namanya sejahtera? Sejahterakanlah rakyatmu tanpa harus memilah-milah golongan.
Jika mekanisme pembagiannya seperti itu, maka masyarakat yang tidak mendapatkan kartu tersebut, pastinya akan merasa kecewa dan bertanya-tanya, kenapa saya tidak dapat kartu padahal saya mendukung anda? Kenapa kartunya di bagikan kepada orang-orang yang terdekat saja? Mengapa tidak dibagikan ke kami? Kami kan pendukung anda juga.
Kemungkinan juga masyarakat akan beranggapan seperti ini “Saya saja selaku pendukung pasangan Rusdi-Ma’mun tidak dapat kartu apalagi masyarakat yang tidak mendukungnya pastinya tidak akan mendapatkan”.
Apabila masyarakat sudah beranggapan seperti itu, kemungkinan besar pasangan Rusdi-Ma’mun hanya bisa menjabat selama 1 periode saja. Itupun ke depannya, setelah masa jabatannya selesai selama 1 periode itu dan ia mencalonkan diri lagi untuk menjadi gubernur, pastilah masyarakat kebanyakan mendukung Cagub yang lainnya.
Nah, untuk mengantisipasi agar hal tersebut tidak terjadi, alangkah baiknya pasangan Rusdi-Ma’mun membagikan KSS itu secara merata entah itu masyarakat yang mendukungnya atau tidak, khususnya dibagikan kepada masyarakat ekonomi lemah.
Dengan begitu, masyarakat akan senang dan benar-benar merasakan kehidupan yang sejahtera, bukan kehidupan yang hanya dilandasi janji belaka.
*Penulis adalah Mahasiswa Semester V, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, IAIN Palu