Ilmu, guru dan murid adalah tiga hal yang saling terkait. Ketiganya merupakan rangkaian yang tak terpisahkan. Ada guru jika ada murid. Begitu juga sebaliknya. Guru dan murid ada kalau ada ilmu yang diajarkan dan dipelajari. Begitulah siklus yang selalu berlaku dalam sepanjang sejarah manusia.
Memang ada istilah pengalaman adalah guru yang baik. Ada juga kadang yang mengaku belajar secara otodidak, tanpa guru ia mempelajari ilmu. Itu memang bisa terjadi. Namun, tidak semua ilmu bisa dipelajari hanya dari pengalaman dan otodidak.
Namun guru jauh lebih penting dibandingkan keduanya. Kita semua menjadi sangat paham bahwa peran guru adalah segalanya dalam dunia pendidikan. Tanpa kehadiran seorang guru kita tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya sebuah sistem pendidikan.
Tidak perlu jauh-jauh, kita bisa menyaksikan kejadian-kejadian belakangan yang marak seperti terorisme, radikalisme. Bisa jadi besar kemungkinan pelakunya adalah mereka yang belajar agama, dalam hal ini Islam, tanpa guru.
Ini harus menjadi renungan dan bahan introspeksi para orang tua. Apakah amanah dalam mendidik anak atau disebut dengan tarbiyatul aulatelah dilakukan dengan sebaikbaiknya? Nilai-nilai keagamaan dan akhlakul karimah harus ditanamkan sejak usia dini dengan memberikan keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.
Allah berfirman, ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan- Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS at-Tahrim [66]: 6).
Tidak bisa disangkal bahwa lingkungan pergaulan bisa memengaruhi perilaku seorang anak. Jika pendidikan yang sangat mendasar oleh orang tua, yaitu nilai-nilai keagamaan, karakter, dan akhlak sudah melekat dengan baik dan terjaga terus, insya Allah, seorang anak tidak akan terjerumus pada halhal yang negatif.
Komunikasi yang intensif antara orang tua dan anak harus terjalin dengan baik. Jangan sampai hal ini terabaikan karena kesibukan seharihari orang tua. Dan, yang terpenting, orang tua jangan beranggapan pendidikan anak sepenuhnya cukup diserahkan kepada lembaga pendidikan, seperti sekolah, madrasah, pesantren, atau perguruan tinggi.
Orang tua adalah pendidik sejati yang utama bagi seorang anak, bahkan sampai anak telah hidup bermasyarakat.
Dengan demikian, dengan izin Allah, anak dapat terhindar dan dijauhkan dari perilaku yang menyimpang dari jalan-Nya, seperti kezaliman, manipulasi, korupsi, perzinaan, atau tindakan amoral lain sepanjang hidupnya.
”Tidak ada seorang Muslim pun yang mempunyai dua putri yang kemudian dirawat dan dididiknya dengan baik kecuali orang tersebut akan dimasukkan ke dalam surga.” (HR Bukhari).
Hadits ini menunjukkan betapa tingginya penghargaan atas tanggung jawab merawat dan mendidik anak.
Keikhlasan dalam mendidik anak dengan disertai iringan doa adalah kewajiban utama orang tua kepada anak.
Dengan demikian, anak juga akan selalu berbuat baik kepada orang tua serta mendoakannya. Hal itu akan terus dilakukan oleh seorang anak walaupun orang tuanya telah wafat. Wallahua’lam
DARLIS MUHAMMAD (REDAKTUR SENIOR MEDIA ALKHAIRAAT)