PALU- Dalam rangka meningkatkan efektivitas program Generation Gender (Gen-G) di Kota Palu, Ruang Temu Generasi Sehat Indonesia (Rutgers Indonesia) melaksanakan sesi berbagi dan belajar tentang pencegahan, perkawinan anak dan Kekerasan Berbasis Gender dan Seksual (KBGS). Kegiatan ini digelar di ruang Bantaya, depan Kantor Kelurahan Kabonena, Kota Palu, Selasa (15/08).

Kegiatan tersebut melibatkan beberapa unsur elemen masyarakat, baik dari koalisi program Gen-G, Pemerintah Kota Palu, Kelurahan dan Kelompok Sadar Gender Kabonena serta anak muda yang saat ini didampingi oleh Celebes Bergerak.

Dalam keterangan tertulis diterima Media Alkhairaat.id, Rabu(16/8) Nani Vindanita selaku Manager Program Gen-G Rutgers Indonesia mengatakan, kegiatan ini bertujuan agar koalisi program Gen-G bisa saling berbagi pembelajaran dari kerja-kerja mitra yang telah dilakukan selama ini.

Dia menambahkan, sesi berbagi dan belajar ini mereka lakukan agar koalisi program Gen-G, yaitu Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), LBH APIK Sulteng, LBH Apik Jakarta, Celebes Bergerak (CB), Rahima, Lingkar Studi Feminis dan Jaringan Advokasi Jawa Barat (JAJ Youth) bisa saling berbagi pembelajaran terkait upaya pencegahan dan penanganan KBGS dan perkawinan anak di kota Palu, secara khusus di Kelurahan Kabonena.

Lebih lanjut Nani menjelaskan, selain untuk berbagi pembelajaran, kegiatan ini juga untuk berdialog dengan para pihak di Kelurahan Kabonena terkait upaya pencegahan dan penanganan KBGS.

“Dalam kegiatan ini juga ada sesi untuk dialog bersama pihak kelurahan tentang bagaimana upaya pencegahan dan penanganan KBGS yang selama ini dilakukan,” kata Nani.

Pada sesi dialog dan tanya jawab, beberapa perwakilan diberikan kesempatan untuk menyampaikan upaya pencegahan dan penanganan KBGS serta Perkawinan Anak di lembaga yang saat ini mereka naungi.

Salah satunya disampaikan oleh Zulfikar selaku Kepala Seksi Tindak Lanjut UPTD PPA Provinsi Sulawesi Tengah, menjelaskan, bahwa dalam proses penanganan kasus KBGS atau perkawinan anak, mereka kerap kali berbenturan dengan pihak lembaga adat yang ada di kelurahan maupun yang ada di desa.

“Dalam proses penanganan kasus kami sering berbenturan dengan pihak lembaga adat, hal ini berkaitan dengan sanksi adat yang diberikan kepada pelaku, biasanya ketika sanksi adat ini telah dilakukan maka kasus ini dianggap selesai. Sementara hukum formalnya tidak berjalan, hal ini tentu akan berdampak pada psikologi korban, apalagi jika korbannya masih dibawah umur,”tuturnya.

Ia menambahkan, jika masalah ini menjadi tugas mereka agar terus melakukan sosialisasi kepada seluruh pihak khususnya lembaga adat, agar hal seperti ini tidak terjadi dan pelaku mendapat hukuman sesuai pelanggarannya dan korban tidak menjadi korban lagi.

“Kami sadar ini menjadi tugas kami bersama DP3A untuk terus melakukan sosialisasi-sosialisasi terkait masalah ini, agar kedepan pelaku tidak hanya mendapat sanksi adat tapi juga sanksi menurut hukum negara. Sehingga hukum adat dan hukum negara dapat berjalan beriringan,” tambahnya.

Merespon hal tersebut, Sasha Trisha, Staf Divisi Perubahan Hukum LBH APIK Jakarta menyampaikan apresiasinya atas apa yang telah disampaikan oleh UPTD PPA.

Menurut dia apa yang disampaikan sangat progresif dalam penanganan kasus.

“Saya sangat mengapresiasi apa yang disampaikan oleh UPTD PPA, karena sudah cukup berperspektif korban, karena dalam penanganan kasus UPT PPA sudah mengedepankan hak-hak korban. Sehingga korban dapat akses pemulihan dan mendapat akses hukum secara formal tidak hanya berhenti di hukum adat,”sebutnya.

Ia juga menyarankan agar ke depan keterlibatan berbagai pihak penting untuk didorong. Di mana peran lembaga adat di Kota Palu masih cukup berpengaruh, sehingga bisa diselaraskan dengan hukum negara dalam hal pencegahan dan penanganan KBGS serta perkawinan anak.

“Melihat daerah Palu yang hukum adatnya cukup berperan dalam penanganan kasus. Baik itu kasus KBGS, sangat perlu untuk pelibatan lembaga adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat di sekitar daerah untuk menyelaraskan hukum adat dengan hukum formal,” sarannya.

Di sisi lain, Nani pun merasa senang dengan pelibatan anak muda pada program Gen-G, dimana CB mencoba memperluas jangkauannya hingga ke anak muda di Kabonena.

Ia berharap agar anak-anak muda ini dapat berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan Gen-G.

“Saya senang dengan apa yang dilakukan oleh CB dengan mencoba memperluas jangkauannya ke anak-anak muda di Kabonena. Harapannya, anak-anak muda ini nantinya bisa berperan aktif dalam hal pencegahan dan penanganan KBGS,” harapnya.

Selain itu, ia juga menyampaikan rasa senangnya dengan keterlibatan dan keterbukaan dari pihak kelurahan dan tokoh-tokoh masyarakat Kabonena pada diskusi ini.

“Saya juga senang ada perwakilan dari tokoh adat dan pihak kelurahan yang menunjukan keterbukaannya terhadap program ini, meskipun masih ada beberapa hal yang belum sesuai harapan kita, tetapi hal itu masih bisa untuk kita dialogkan.” ungkap Nani.

Pada sesi diskusi itu juga, ia melihat ada peluang yang bisa didorong melalui dialog-dialog dengan tokoh-tokoh masyarakat di Kabonena untuk mendukung program Gen-G.

“Dari sesi diskusi ini juga, saya melihat ada peluang-peluang yang bisa dilakukan melalui dialog dengan tokoh adat dan tokoh-tokoh masyarakat, berkaitan dengan upaya pencegahan dan penanganan KBGS,” ujarnya.

Ia mengatakan, bahwa sebelumnya pihaknya juga telah melaksanakan Pertemuan Konsultatif Orang Muda Generation Gender Kota Palu dengan melibatkan beberapa organisasi muda yang ada di Kota Palu pada sabtu kemarin dengan melibatkan beberapa elemen anak muda Kota Palu.

“Sebelumnya kami juga telah melaksanakan pertemuan konsultatif anak muda Gen-G pada 12 Agustus kemarin yang melibatkan orang muda dari beberapa organisasi di Kota Palu, diantaranya ada Komunitas Celebes Bergerak, LBH APIK Sulteng, Koalisi Perempuan Indonesia (KPI), Srikandi KBGO Palu dan Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (SATGAS PPKS) Universitas Tadulako di Hotel Sutan Raja,” katanya

Menurut Nani pertemuan itu merupakan salah satu upaya untuk mendorong partisipasi orang muda secara bermakna dan inklusif dalam program Generation Gender (Gen-G) Indonesia.

Reporter: IKRAM
Editor: NANANG