PALU – Badan Pusat Statistik( BPS ) sedang mempersiapkan pendataan Sensus Pertanian yang akan dihelat Mei 2023 mendatang. Sektor pertanian di Indonesia sangatlah penting dan harus dapat menjawab kebutuhan data pertanian baik di level nasional maupun level global.
Sensus Pertanian 2023 (ST2023) dirancang agar hasil yang diperoleh berstandar Internasional. Sensus Pertanian berstandar Internasional mengacu kepada program FAO yang dikenal dengan: World Programme for the Census of Agriculture (WCA)
Kepala BPS Provinsi Sulteng Simon Sapary mengatakan, sensus ini merupakan sensus yang ke-7 kalinya digelar, sebanyak 400 ribu pertugas sensus yang akan dilibatkan.
“BPS selalu melaksanakan sensus pertanian tapi kurang dimanfaatkan datanya oleh semua pihak, sehingga kali ini sensus pertanian tahun 2003 ini akan dihelat dengan standar kelas dunia. Sehingga kami harapkan hasilnya dari sensus tersebut dapat digunakan untuk berkelas dunia juga Sensus Pertanian 2023 (ST2023) dirancang agar hasil yang diperoleh berstandar Internasional.
“Artinya apa yang BPS sudah lakukan seperti data informasi penting dapat digunakan pemerintah untuk merencanakan kegiatan pembangunan,” ujar Kepala BPS Provinsi Sulteng Simon Sapary kepada media ini.
Khususnya di provinsi Sulteng lahan pertanian sangat luas 60 Persen kegiatan masyarakat di Sulteng merupakan kegiatan pertanian. Sensus pertanian ini di helat tidak lain untuk mensejahterakan para petani.
Dari apa yang kita lakukan dalam sensus ini Pemerintah bisa merencanakan, tidak hanya untuk produksi dari pertanian tetapi bagaimana petani itu lebih percaya diri sehingga petani hidupnya lebih sejahtera. Dan dari data itu pemerintah bisa gunakan untuk pembangunan provinsi Sulteng yang lebih maju lagi.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sulteng Nelson Metubun mengatakan, semua data hasil sensus pertanian yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Sulteng menjadi acuan pihaknya dalam menjalankan program pertanian. Data yang diakui dari Kementerian Pertanian dan masyarakat khususnya para petani adalah data dari Statistik.
“Data yang kami gunakan mengacu reales dari BPS, baik dari produksi, luas tanah, luas panen hingga produktivitas padi semua mengacu pada data statistik,” ujar Nelson Metubun.
Reporter: IRMA
Editor: NANANG