PARIMO – Seniman Parigi Moutong (Parimo), Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) menggarap film dokumenter Kakula Untuk Anak Negeri sebagai upaya melestarikan budaya dan kesenian di wilayah itu.
“Setelah hampir kurang lebih 3 bulan sejak Desember, akhirnya merampungkan proses pengerjaan program Kemendikbud Ristek dalam platform Indonesiana, Dokumentasi Karya Pengetahuan Maestro yang bertajuk Regenerasi Musik Kakula,” ungkap Pimpinan Produksi, Moh. Tufan dihubungi, Jum’at (03/03).
Ia mengatakan, kelanjutan program ini adalah Workshop musik Kakula, Film Maker dan penulisan serta pemutaran Film Dokumenter. Dimana tim memulai kegiatan tersebut yang di rencanakan akan di bagi ke dalam 5 zona di mulai dari Kecamatan Tinombo, Kecamatan Kasimbar, Kecamatan Toribulu dan berakhir di Kecamatan Torue pada 17 Maret mendatang serta Parigi sebagai ibu Kota Kabupaten Parimo
Menurut dia, dalam pengarapan program Dokumentasi Karya/Pengetahuan Maestro ini melibatkan sejumlah Tokoh Budayawan, Seniman, Arkeolog serta Tokoh Literasi yang fokus mengulas beberapa Maestro Kakula, hingga saat ini karya-karya serta upaya mereka dalam melestarikan budaya begitu luar biasa.
“Beberapa orang Maestro Kakula tersebut diantaranya Hasan M. Bahasyuan (Alm.), Sofyan Tadorante, Dr. Mohammad Amin Abdullah, Ibu Mariami dan Taufan Muhammad. Kelima sosok Maestro ini dianggap telah banyak berjuang dalam proses pelestarian dan pengembangan seni di Sulteng khususnya di kabupaten Parimo,” jelasnya.
Sebagai contoh, sosok Maestro Kakula yang begitu fenomenal baik dikalangan masyarakat Parimo hingga ditingkat nasional. Pejuang budaya yang karya-karyanya abadi dan tak lekang oleh zaman seperti Lagu[1]-lagu, tari-tarian menjadi bukti bahwa seorang Hasan M. Bahasyuan (Alm.) adalah maestro yang begitu di rindukan dan di puja oleh masyarakat Sulteng.
Tim kerja yang dibentuk dalam penggarapan karya film documenter ini pun terdiri dari sejumlah anak muda Parimo yang sarat pengalaman di dunia sinematografi. Dalam susunan manajemen, Moh. Taufan sendiri sebagai penerima manfaat Dana Abadi Indonesiana ini yang bertindak sebagai Line Produser, Rahmi Yulianti sebagai Produser, Maman Afriansya sebagai sutradara, Irwan Kurniawan sebagai Penulis Skenario, Isra Labudi sebagai Juru Kamera, Rusli Gunawan sebagai Editor dan Moh. Welderahmat Agam sebagai Sound Director.
“Saya sangat senang bisa berbagi pengalaman dengan teman-teman penggiat seni dan budaya di Tinombo dan sekitarnya, ini adalah salahsatu upaya pemerintah melalui dana abadi Indonesiana dalam memajukan kebudayaan,”terangnya.
Ia menambahkan, dana Indonesiana atau dana abadi diberikan pemerintah untuk membantu para budayawan berkembang dan meraih prestasi serta menyalurkan ekspresi, sejak beberapa tahun yang lalu secara bertahap Dana Indonesiana mulai dapat digunakan oleh para budayawan yang sangat besar manfaatnya.
“Kebijakan pemberian Dana Indonesiana memiliki akses yang mudah. Pengajuan proposal yang dikirimkan tidak hanya mengajukan ide-ide, gagasan dan inovasi yang baru saja, tetapi juga meminta bantuan fasilitas yang diperlukan, dan ini sangat diperlukan oleh seniman dan budayawan di seluruh Indonesia, khususnya bagi para penggiat seni dan budaya di Kabupaten ini,” pungkasnya.
Reporter : Mawan
Editor : Yamin