MENGENAKAN hijab hitam dengan dress berwarna biru, seorang perempuan bersama rekannya asyik berbaring depan lapak dagangan berukuran 1 x1,5 depan samping emperan toko, menjual peralatan jahit menjahit jajaran Jalan Teuku Umar.
Ani panggilannya merupakan satu-satunya perempuan menjadi tukang servis jam diantara deretan lapak meja servis. Perempuan tiga anak ini belajar secara otodidak dan menekuni pekerjaannya sejak 2016.
Dengan rentang waktu cukup panjang sembilan tahun, tentu sudah cukup mengasah kemampuan ibu dari dua anak laki-laki dan satu perempuan tersebut, serta tahu seluk beluk dan tantangan tidak hanya dalam memperbaiki jam, tapi menghadapi karakter pelanggan berbeda-beda.
Untuk ongkos kerja, tergantung jenis kerusakan, biayanya dari 35 ribuan sampai ratusan ribu. Keahliannya dalam memperbaiki jam mencakup berbagai jenis kerusakan, mulai dari penggantian baterai hingga perbaikan mesin jam yang lebih kompleks.
Dengan pengalaman yang panjang, Ani mampu mendiagnosis dan menyelesaikan masalah dengan cepat dan tepat.
Kini dengan keahlian dimilikinya, pundi-pundi rupiahpun mengalir, ia sukses menyekolahkan anak-anaknya.
Meskipun menekuni pekerjaan yang didominasi laki-laki, Ani tidak merasa terhalang. Ia justru menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk terus berkembang dan membuktikan kemampuannya di bidang servis jam tangan.
Keberadaan Ani sebagai tukang servis jam perempuan di Jalan Teuku Umar menjadi bukti bahwa keterampilan dan ketekunan dapat membawa seseorang meraih keberhasilan, tanpa memandang gender. Dengan ketekunan dan pengalaman, ia terus melayani pelanggan dengan hasil kerja memuaskan.
REPORTER: IKRAM