Hari makin siang, tetapi para peserta sarasehan makin bersemangat meski belum makan siang. Mereka khusyuk mendengar informasi peluang beasiswa yang disampaikan.
Anwar melanjutkan kalimatnya, yang ketiga, program Satu Kecamatan Satu Dokter yang telah dimulai sejak tahun lalu. Sehingga tidak menutup kemungkinan, siswa-siswa tamatan SMA dari Porelea dapat mendaftar melalui kesra.
Para siswa terpilih akan dibiayai perkuliahannya di UNISA atau UNTAD hingga selesai, yang diperkirakan 1 milyar per orang. Tetapi sebelum memulai perkuliahan, penerima beasiswa harus menandatangani surat kesediaan untuk mengabdi ke kecamatan ketika studi selesai.
Hingga saat ini, baru ada 4 orang yang menerima beasiswa itu, sehingga masih ada 12 slot lagi dari 16 Kecamatan di Kabupaten Sigi.
“Yang mau kuliah di bidang pertanian, tahun ini, Pemda Sigi sudah tanda tangan MoU dengan IPB, dan telah ada satu orang yang lulus, tapi saya tidak tahu dari daerah mana tepatnya. Ada juga, dalam waktu dekat saya dan Pak Bupati atau Wakil Bupati akan menandatangani MoU dengan SMA Taruna Nusantara. Tujuannya untuk menyiapkan SDM ketika akan ke Akpol atau Akmil,” jelasnnya yang pernah aktif di pecinta alam.
Senada dengan Anwar, Camat Pipikoro, Edwin Bertonimus menerangkan bahwa jika masalahanya ada pada anggaran, desa bisa mengambil peran mencari sumber lain yang dapat dikelola, misalnya pengenaan pajak hasil bumi yang dialokasikan untuk pendidikan dan dikelola oleh pemdes.
“Bantuan akses informasi dari luar untuk mendukung pembangunan sarana dan prasarana yang tidak mengikat. Dan juga akses informasi beasiswa, sebab pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten itu, istilahnya, banyak celah untuk kita mendapatkan bantuan biaya pendidikan,” terang Camat Pipikoro.
Berdasarkan hasil diskusi, lahir beberapa poin yang menjadi Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang akan diteruskan ke Pemkab Sigi, dan diberikan duplikatnya ke pemerintah kecamatan, pemerintah desa, dan semua yang ikut serta bersarasehan.
Anwar bersama rombongannya meninggalkan Polerea II, menuju Gimpu, kurang lebih 20-an lebih km, melewati jembatan kayu yang menggantung ringkih di atas sungai koro, dan melewati jalan sempit yang diapit tebing dan bibir jurang.
Reporter : Iker
Editor : Rifay