PARIMO – Tim kerja dokumentasi karya pengetahuan maestro menyelesaikan workshop musik tradisional Kakula dan pemutaran Film dokumenter, bertemakan regenerasi musik kakula di 4 zona wilayah Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) di Kecamatan Tinombo, Kasimbar, Toribulu, Torue. Bertempat di Aula Disdikbud beberapa waktu lalu.
“Saya memilih momment ini karena dapat memanfaatkan kehadiran kedua tamu utama dari Kemendikbudristek dan Kemenparekraf pada acara Kultur forum Gelar Mahakarya Hasan Bahasyuan,” ungkap Moh. Taufan, selaku seniman penerima manfaat Dana Indonesiana.
Ia mengaku, perwakilan dia kementerian yakni Andi Syamsu Rijal, selaku Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Kemendikbudristek RI. wilayah XVIII sulteng-sulbar dan Dr. Mohamad Amin, direktur musik,film, animasi kemenparekraf, menjadi salahsatu Maestro yang diangkat dalam film dokumenter tersebut.
Selain dua tamu istimewa tersebut, hadir pula Moh. Nawir Kabid Kebudayaan Sigi Moh. Nawir, Ketua Dewan Kesenian Sigi Akbar, Tokoh literasi sulteng Neni Muhidin dan beberapa seniman budayawan yang menyempatkan hadir.
Workshop ini, melibatkan beberapa perwakilan sanggar seni yang menjadi peserta diantaranya SS. Toibangka SMAN 1 Ampibabo, SS. Nagaya SMAN 1 Parigi Tengah,
SS. Patanggota SMAN 1 Parigi Utara, SS. Kutora SMAN 1 Parigi, Forum anak daerah Parigi Moutong dan LPSB. Kailinesia Sulteng.
“Saya sangat terkejut dalam Film dokumenter yang mengulas salahsatu Objek pemajuan kebudayaan ini begitu membuka wawasan bagi generasi untuk semakin mencintai keragaman budaya yg dimiliki daerah ini, sebab sudah membantu kerja kami di Kemendikbudristek dalam hal pengelolaan kekayaan dan keragaman budaya daerah ini,” Kata Syamsu Rijal, selaku Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Kemendikbudristek RI. wilayah XVIII sulteng-sulbar.
Moh. Amin, selaku direktur Musik Film dan Animasi, Kemenparekraf, Moh. Amin menyampaikan pesan kepada seluruh peserta bahwa apa yg dikerjakan oleh Taufan bersama tim . kali ini sama seperti apa yg beliau kerjakan dahulu semasa masih sebagai seniman.
Konsisten dan terus berani bereksplorasi tentang hal-hal baru dalam pengembangan kesenian tradisional Kakula.
“Saya bisa bermain di dua ruang yg berbeda, di ruang pemerintahan dan di ruang masyarakat umum. Hal ini mematahkan para peneliti barat bahwa kesenian di dikotomikan kedalam dua ruang. Pemain tradisi asli tidak bisa bermain di ruang pemusik tradisi pemerintahan, sebaliknya pemusik tradisi yg biasa bermain di pemerintahan tidak dapat masuk ke ruang tradisi masyarakat kalangan bawah,” pungkasnya.
Reporter: Mawan
Editor : Yamin