PALU – Jajaran Pertamina Patra Niaga turut serta mendampingi Tim Komite BPH Migas/Posko Nasional Sektor ESDM Nataru 2025/2026 dalam rangka memantau kesiapan energi di Kota Palu, Senin (22/12).

Region Manager Retail Sales Sulawesi, Mardian, di hadapan tim Komite BPH Migas, menjelaskan bahwa sistem rantai pasok (supply chain) energi di Sulawesi merupakan salah satu yang paling kompleks dan menantang, baik di tingkat nasional maupun global.

Hal ini disebabkan oleh kondisi geografis wilayah yang luas, beragam, serta tantangan cuaca laut yang kerap memengaruhi distribusi.

Di wilayah Sulawesi, kata dia, Pertamina mengelola 17 depot BBM, dengan tiga depot utama sebagai tulang punggung distribusi, yakni Makassar, Bau-Bau, dan Bitung.

“Ketiga depot tersebut berfungsi sebagai pusat backloading untuk menopang pasokan ke depot-depot lain yang saling terhubung dan saling membackup,” kata Mardian.

Khusus di Sulteng, lanjut dia, terdapat tujuh depot BBM, seiring luasnya wilayah distribusi yang membentang dari Tolitoli hingga Banggai. Selain itu, terdapat tiga Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) yang berlokasi di Luwuk, Kolonodale, dan satu lokasi lainnya, serta jaringan terminal penunjang lainnya.

Untuk jaringan hilir, Sulawesi Tengah memiliki 102 SPBU, termasuk 23 SPBU BBM Satu Harga, serta puluhan lembaga penyalur lainnya.

Untuk LPG, terdapat 47 agen, enam SPBE, dan sejumlah depot mini LPG.

Lanjut dia, luasnya wilayah membuat jarak distribusi LPG relatif jauh, bahkan pengiriman dari Poso ke wilayah lain dapat memakan waktu hingga dua hari.

Menghadapi tantangan cuaca ekstrem, khususnya gelombang tinggi di wilayah Banggai dan jalur laut lainnya, pihaknya telah menyiapkan berbagai langkah mitigasi, salah satunya melalui kerja sama dengan Kapal Republik Indonesia (KRI) sebagai alternatif distribusi apabila kapal logistik reguler tidak dapat bersandar.

Selain itu, penguatan distribusi darat juga dilakukan melalui sistem estafet antardepot.

Pertamina telah melakukan langkah antisipatif berupa penambahan stok (up stock) lebih awal dari jadwal normal. Stok BBM ditingkatkan sebelum periode rawan, sehingga pasokan tetap aman meskipun terjadi hambatan distribusi.

Selama masa siaga Satgas Nataru, lanjut dia, Pertamina juga menambah armada distribusi melalui sistem charter untuk memperlancar mobilisasi BBM.

Untuk mengantisipasi potensi gangguan distribusi selama masa nataru, Pertamina juga telah melakukan penambahan stok lebih awal (H-4 hingga H-5), menyiapkan tangki modular, serta menambah armada distribusi sebanyak sekitar 16 unit mobil tangki.

“Jam kerja awak mobil tangki juga dibatasi secara ketat guna mencegah kelelahan dan meminimalkan risiko kecelakaan, terutama di wilayah industri seperti Poso dan Morowali,” katanya.

Dari sisi pelayanan, Pertamina bersama BUMN lain juga melakukan pembenahan besar-besaran terhadap layanan SPBU, termasuk peningkatan tampilan fisik, kebersihan toilet dan musala, serta pelayanan tambahan kepada pelanggan.

Hal serupa berlaku untuk LPG, yang pasokannya didukung oleh beberapa terminal besar seperti Makassar, Bosoa, Bitung, dan Amurang.

Jika salah satu terminal mengalami kendala, kata dia, maka pasokan dapat dialihkan dari terminal lain melalui skema backup regional.

Dari sisi proyeksi konsumsi selama Nataru, Pertamina memperkirakan adanya peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurutnya, konsumsi BBM jenis gasoline diproyeksikan meningkat sekitar 12 persen, gas oil sekitar 12,5 persen, serta LPG PSO juga mengalami kenaikan signifikan.

“Sementara itu, konsumsi minyak tanah relatif stabil dan terbatas pada wilayah tertentu seperti Banggai Kepulauan,” ujarnya.

Ia juga mengungkap wilayah dengan atensi tertinggi selama nataru, antara lain Sulawesi Utara, Toraja, dan Mamasa, seiring tingginya aktivitas perayaan.

Untuk daerah-daerah tersebut, kata dia, Pertamina telah menyiapkan pasokan ekstra guna memastikan kebutuhan energi masyarakat tetap terpenuhi.

Pihaknya optimistis, ketersediaan BBM dan LPG di Sulawesi, termasuk Sulawesi Tengah, berada dalam kondisi aman hingga akhir tahun dan awal tahun berikutnya, berkat sistem distribusi yang saling terintegrasi dan langkah antisipatif yang telah disiapkan sejak dini.

Untuk pelayanan di SPBU sendiri, kata dia, saat ini seluruh SPBU telah dilengkapi dengan petugas marshalling yang bertugas khusus mengatur antrean kendaraan, terutama untuk penyaluran BBM bersubsidi seperti solar dan Pertalite.

Petugas marshalling tersebut memiliki tugas khusus mengarahkan kendaraan ke jalur antrean yang telah ditentukan dan terpisah dari operator pengisian BBM.

Dengan demikian, operator dapat fokus melakukan pengisian, sementara petugas marshalling mengatur arus kendaraan.

“Untuk wilayah-wilayah dengan tingkat kepadatan tinggi, kami secara bertahap melakukan penambahan SPBU setiap tahunnya guna mengurangi penumpukan antrean,” tutupnya.

Erika Retnowati, selaku Ketua Komite BPH Migas/Ketua Posko Nasional Sektor ESDM Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026, menyampaikan, sejak kemarin, Ahad (21/12), tim telah melakukan rangkaian peninjauan lapangan, salah satunya adalah SPBU BBM Satu Harga yang belum lama beroperasi.

Secara umum, kata Erika, ketersediaan BBM, LPG, dan pasokan listrik di Sulawesi Tengah dalam kondisi aman dan mencukupi untuk menghadapi nataru.