PALU – Pemetaan dasar skala besar wilayah Palu, Sigi, Donggala dan Parimo yang sedang dilakukan Badan Informasi Geospasial, diharapkan menjadi rujukan dalam perencanaan wilayah berbasis mitigasi.

Hal itu disampaikan Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar, Moh. Arif Syafi’i, dalam diskusi pemetaan dasar skala besar di wilayah Sulteng yang terdampak bencana, di ruang rapat Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN), Selasa (04/12).

Kata dia, sejauh ini progress pemetaan sudah mencapai 60 persen dan diyakini selesai sesuai jadwal, selambat-lambatnya akhir Januari 2019 atau selama 3 bulan.

Jelang finalisasi, ia mengundang pihak-pihak terkait untuk memberi masukan terhadap informasi geospasial yang dimuat peta dasar skala besar 1 : 5000 dan 1 : 1000.

“Pemetaan secara detail ini dilakukan, karena gempa ibarat tamu yang selalu datang dan 90 persen wilayah Indonesia punya potensi bencana. Jadi kita harus bersahabat dan menjadikan bencana bagian hidup kita sehari-hari,” terangnya.

Suasana diskusi pemetaan dasar skala besar di wilayah Sulteng yang terdampak bencana, di ruang rapat Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN), Selasa (04/12). (FOTO : IST)

Sejalan dengan itu, Sekretaris Provinsi (Sekprov) Sulteng, Moh. Hidayat Lamakarate, berharap, peta itu mempunyai akurasi yang tinggi sehingga tidak ada keraguan dan bisa dijadikan referensi oleh semua pihak yang menyusun rencana tata ruang, rehabilitasi dan mitigasi.

“Wilayah-wilayah yang terdampak luas seperti Palu dengan jumlah penduduk padat agar dijadikan prioritas,” harap Hidayat.

Turut mengikuti diskusi itu, di antaranya Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bartholomeus Tandigala, Kepala Satgas Penanggulangan Bencana Sulteng, Bappeda, Badan Pertanahan dan Tim Ahli Pemetaan Badan Informasi Geospasial. (YAMIN)