Hidup itu banyak jalannya tapi sedikit petunjuk arahnya. Sebuah kalimat dari seorang musisi dan penulis Fiersa Besari mewakili perasaan para pegiat literasi.
Literasi itu luas, tidak sebatas membaca. Tak sekadar menulis dan mendirikan rumah baca, tapi jalan mewujudkan kecakapan literasi tidaklah banyak memiliki penunjuk arah.
Itulah mengapa Polipa Literasi hadir, sebagai salah satu tanda menyusuri jalan panjang gerakan literasi di Kabupaten Sigi.
Polipa Literasi adalah salah satu program dari Taman Bacaan Todea Sigi yang sudah berlangsung beberapa kali dan di beberapa tempat seperti di Tinombo, Balumbeva, di Sulawesi Barat, di Tompu dan di tempat lainnya.
Dalam bahasa Kaili, Polipa berarti jalan-jalan. Pegiat di Taman Baca Todea mengambil spirit para pejalan, para backpacker, sehingga dalam program Polipa Literasi, mereka akan melakukan perjalanan ke pelosok-pelosok desa sambil melakukan kegiatan literasi, belajar bersama masyarakat.
Harapannya, ketika para pegiat literasi meninggalkan desa, tidak hanya mereka yang membawa pengetahuan lokal, tetapi juga masyarakat desa, atau kelompok yang berada di desa dapat mengembangkan desanya.
“Teman-teman bukan hanya sekadar jalan atau bepergian di suatu tempat, tapi bagaimana kita membangun literasi di tempat itu. Maksudnya, sembari jalan-jalan, menikmati alam, atau kebudayaan, kita ada proses literasi, ada proses belajar di situ,” tutur Moh. Zikran Sulaeman, penggagas Taman Bacaan Todea, Ahad (24/12).
Literasi itu, menurut Zikran, dapat membangun desa, dan memberikan petunjuk jalan untuk aktivitas literasi selanjutnya.
“Karena dalam aktivitas tersebut kita menambah pengetahuan dan pengalaman yang bisa berdampak dengan generasi-generasinya kita. Generasi ini yang akan membangun desanya lewat literasi itu, lewat sumber bacaan atau pemanfaatan rumah belajar yang kita bangun di sana,” imbuhnya.
Di Kabupaten Sigi, Polipa Literasi dilakukan di Dusun Tompu Desa Ngata Baru, Kecamatan Sigi Biromaru sejak tahun 2022 yang dirangkaikan dengan Festival Arsitektur Tadulako (FAT).
Di penghujung tahun 2023, Jumat (22/12) sampai Sabtu (30/12), Polipa Literasi tetap bergandengan dengan Mahasiswa Himpunan Arsitektur (HIMA ART’Lie) Universitas Tadulako (Untad) dan didukung oleh Sigi Beans, Nobalu, Forum TBM Sigi, Poviana Semesta, dan masyarakat Dusun Tompu.
Rangkaian Kegiatan Polipa Literasi Ngata Tompu yakni Jelajah Desa dengan dua item kegiatan, kopi dan botani, kelas literasi (menggambar dan mewarnai, mendongeng, serta membaca dan menghitung), kelas lingkungan (ecoprint), panggung desa (malam puisi, musik), permainan tradisional, dan sebagainya.
“Seperti agenda rutin Taman Bacaan Todea dan Mahasiswa Arsitektur Untad. Polipa Literasi tahun kemarin, kami sudah buat rumah belajar di sana. Tetapi bangunan yang kami buat kemarin materialnya masih muda, jadi sudah ada yang kalah. Lokasinya juga kurang pas, sehingga mengalami kerusakan. Jadi kita ke sana ulang untuk merenovasi bangunannya,” jelas Zikran.
Pemilihan Dusun Tompu sebagai lokasi Polipa Literasi sejak tahun lalu, diharapkan dapat menemukan Community Organizer (CO)yang akan mengelola taman baca agar aktivitas literasi tetap berjalan tanpa kehadiran mereka.
Pasalnya, kata dia, pasca dibangun taman baca di dusun itu, kegiatan sempat terputus karena mahasiswa arsitek dan para pegiat lainnya belum berkunjung ke desa. Tidak berjalan lancarnya aktivitas belajar di rumah baca itu memberikan kesadaran kepada masyarakat Tompu betapa pentingnya pendidikan dan proses belajar, terlebih sekolah mereka jauh diakses.
Tidak hanya untuk menemukan CO, lanjut dia, Tompu dipilih sebab memiliki sejarah yang patut dipelajari bahkan dari sisi arsitektur materialnya. Di sana masyarakat masih menggunakan material lokal, misalnya memakai atap dari rotan. Sehingga para mahasiswa (khususnya mahasiswa arsitek) dan pemuda dapat belajar tentang arsitektur vernakular, belajar buat rotan, belajar membuat bangunan.
“Masyarakat desa mengajarkan kami tentang adat budaya, membuat makanan-makanan tradisional, membangun arsitekturnya. Jadi kita kolaborasikan bersama dengan apa yang teman-teman pelajari tentang seni, tentang literasi dan lain-lain,” lanjut Zikran.
Terkait dengan kegiatan Jelajah Desa, para relawan Polipa Literasi akan fokus pada tanaman kopi dan tanaman obat keluarga. Sebab meski dikenal sebagai penghasil kopi, tidak banyak lagi mengembangkan kopi sebagai komoditi unggulan di Tompu. Masyarakat beralih ke kopi-kopi saset daripada kopi yang mereka tanam sendiri.
“Tentang kopi ini sebenarnya masih awal sekali. Menilik dan menuliskan kembali sejarah kopi di sana. Terus mencari tahu apa masalah hingga mereka tidak lagi menanam kopi, tidak lagi menjual kopi, dan menjadikan kopi sebagai komoditi unggulan di sana. Nah ketika kita sudah dapat jawaban itu, kita akan memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana untuk membudidayakan kopi, merawat kopi, dan mengolah kopinya. Dan kita juga mengawal proses penjualan kopinya,” ucap Zikran.
Sementara untuk kelas menggambar, anak-anak akan diminta untuk menggambar tentang potret desa mereka. Gambar-gambar mereka akan dibuatkan desain dan dicetak di kaos. Sedangkan di kelas lingkungan, bersama Poviana Semesta, anak-anak akan membuat ecoprinting. Pasca kegiatan, antara Nobalu dan Poviana Semesta akan memproduksi tas ecoprinting bersama.
Seperti budidaya kopi yang akan didampingi hingga penjualan, Taman Bacaan Todea dan seluruh yang mendukung Polipa Literasi akan memproduksi dan menjual produk-produk yang lahir dari kegiatan ini, seperi tas ecoprinting, kaos dengan desain hasil gambar anak-anak, dan lainnya. Keuntungan dari semua penjualan produk itu akan dibelikan bahan bacaan dan fasilitas lainnya di rumah baca yang ada di Tompu.
“Selain aktivitas itu, para relawan akan mengikuti aktivitas masyarakat di desa. Misalnya jika masyarakat sedang panen panen sayur, cabai, dll, mereka akan ikut aktivitas tersebut. Ada juga agenda memasak bersama warga. Kita akan memasak makanan-makanan tradisional di sana,” pungkasnya.
Zikran bersama para pegiat literasi lainnya berharap pemerintah kabupaten Sigi merespons ruang-ruang kreatif yang dibangun oleh anak muda, anak daerah, generasi yang ada di kabupaten Sigi, dengan memberikan support.
“Misalnya kami akan membangun rumah belajar di sana, buku yang ada di sana itu hampir semua adalah buku sumbangsihnya teman-teman dan buku dari TBM Todea, atau dari Forum TBM. Support dari pemerintah ini yang belum, entah pola komuniaksi kita yang belum terbangun, atau bagaimana. Tapi, mungkin pemerintah bisa buat program kunjungan lebih rutin, terus juga bisa ada dana hibah atau buku hibah ke perpustakaan-perpustakaan yang ada di pelosok. Tidak hanya program simpan pinjam,” tutup Zikran sembari berkemas menyusul rombongan relawan Polipa Literasi yang sudah lebih dulu berada di Tompu.
Reporter : Iker
Editor : Rifay