Polipa Literasi, Ikhtiar Konsistensi Gerakan Literasi di Sigi

oleh -
Proses pembangunan rumah baca (Polipa Literasi tahun 2022). (FOTO: DOK. TBM TODEA)

Tidak hanya untuk menemukan CO, lanjut dia, Tompu dipilih sebab memiliki sejarah yang patut dipelajari bahkan dari sisi arsitektur materialnya. Di sana masyarakat masih menggunakan material lokal, misalnya memakai atap dari rotan. Sehingga para mahasiswa (khususnya mahasiswa arsitek) dan pemuda dapat belajar tentang arsitektur vernakular, belajar buat rotan, belajar membuat bangunan.

“Masyarakat desa mengajarkan kami tentang adat budaya, membuat makanan-makanan tradisional, membangun arsitekturnya. Jadi kita kolaborasikan bersama dengan apa yang teman-teman pelajari tentang seni, tentang literasi dan lain-lain,” lanjut Zikran.

Proses belajar dalam kegiatan Polipa Literasi tahun 2022 (FOTO: DOK. TBM TODEA)

Terkait dengan kegiatan Jelajah Desa, para relawan Polipa Literasi akan fokus pada tanaman kopi dan tanaman obat keluarga. Sebab meski dikenal sebagai penghasil kopi, tidak banyak lagi mengembangkan kopi sebagai komoditi unggulan di Tompu. Masyarakat beralih ke kopi-kopi saset daripada kopi yang mereka tanam sendiri.

“Tentang kopi ini sebenarnya masih awal sekali. Menilik dan menuliskan kembali sejarah kopi di sana. Terus mencari tahu apa masalah hingga mereka tidak lagi menanam kopi, tidak lagi menjual kopi, dan menjadikan kopi sebagai komoditi unggulan di sana. Nah ketika kita sudah dapat jawaban itu, kita akan memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana untuk membudidayakan kopi, merawat kopi, dan mengolah kopinya. Dan kita juga mengawal proses penjualan kopinya,” ucap Zikran.

Sementara untuk kelas menggambar, anak-anak akan diminta untuk menggambar tentang potret desa mereka. Gambar-gambar mereka akan dibuatkan desain dan dicetak di kaos. Sedangkan di kelas lingkungan, bersama Poviana Semesta, anak-anak akan membuat ecoprinting. Pasca kegiatan, antara Nobalu dan Poviana Semesta akan memproduksi tas ecoprinting bersama.

Seperti budidaya kopi yang akan didampingi hingga penjualan, Taman Bacaan Todea dan seluruh yang mendukung Polipa Literasi akan memproduksi dan menjual produk-produk yang lahir dari kegiatan ini, seperi tas ecoprinting, kaos dengan desain hasil gambar anak-anak, dan lainnya. Keuntungan dari semua penjualan produk itu akan dibelikan bahan bacaan dan fasilitas lainnya di rumah baca yang ada di Tompu.

“Selain aktivitas itu, para relawan akan mengikuti aktivitas masyarakat di desa. Misalnya jika masyarakat sedang panen panen sayur, cabai, dll, mereka akan ikut aktivitas tersebut. Ada juga agenda memasak bersama warga. Kita akan memasak makanan-makanan tradisional di sana,” pungkasnya.

Zikran bersama para pegiat literasi lainnya berharap pemerintah kabupaten Sigi merespons ruang-ruang kreatif yang dibangun oleh anak muda, anak daerah, generasi yang ada di kabupaten Sigi, dengan memberikan support.

“Misalnya kami akan membangun rumah belajar di sana, buku yang ada di sana itu hampir semua adalah buku sumbangsihnya teman-teman dan buku dari TBM Todea, atau dari Forum TBM. Support dari pemerintah ini yang belum, entah pola komuniaksi kita yang belum terbangun, atau bagaimana. Tapi, mungkin pemerintah bisa buat program kunjungan lebih rutin, terus juga bisa ada dana hibah atau buku hibah ke perpustakaan-perpustakaan yang ada di pelosok. Tidak hanya program simpan pinjam,” tutup Zikran sembari berkemas menyusul rombongan relawan Polipa Literasi yang sudah lebih dulu berada di Tompu.

Reporter : Iker
Editor : Rifay